Part 24

20K 1.2K 92
                                        

Andra tengah menatap Nana yang sedang tertidur pulas. Lebam-lebam di wajah anak perempuannya itu tak mengurangi kecantikannya. Andra menarik selimut sampai leher Nana, ia mengelus pelan surai lembut anaknya itu. Namun usapannya terhenti saat suhu panas menjalar ke telapak tangannya.

"Astaga, kamu demam sayang." Andra panik saat ia mengecek suhu di dahi Nana.

Saat akan memanggil Izel, niatnya urung karena ternyata Izel datang menghampirinya. "Lo kapan pul--"

"Nana demam. Lo ambil kompresan." Izel membelalakan matanya, ia yang panik langsung turun ke dapur dan mengambil kompresan, lalu kembali ke kamar Nana dengan tergesa.

"Pasti badan dia sakit semua. Ini nih penyebab gue ngga suka dia berantem sama--"

"Bisa ngga lo stop ngoceh? Dia cuma butuh diperhatiin dan dirawat sampe sembuh. Ngga usah bahas hal lain." Andra yang kesal langsung merebut kompresan dari tangan Izel dan segera menempelkannya di dahi Nana.

Izel membuang napasnya kasar. Ia duduk di tepi kiri ranjang, posisinya bersebrangan dengan Andra.

"Ada obat demam ngga?" Andra kembali bertanya. Izel mengangguk dan berinisiatif mengambilnya di kotak P3K dan menyerahkannya pada Andra.

"Sayang, bangun dulu. Minum obat." Andra menepuk pelan pipi Nana. Nana melenguh pelan dan matanya sedikit membuka, "ayah?" tanyanya dengan suara serak.

"Minum obat dulu. Kamu demam." perintah Andra yang memberikan satu kapsul obat dan segelas air.

Nana menggeleng, "ngga mau."

Andra yang bingung melirik Izel seolah bertanya 'kenapa?'

"Nana ngga suka minum obat. Susah bikin dia mau buat minum obat kecuali obat sirup." Izel menjelaskan.

"Ya terus mana obat sirupnya?" Andra sedikit kesal karena Izel sudah tau anaknya hanya bisa meminum obat sirup, tapi malah memberinya obat kapsul.

"Obat sirupnya abis. Gue belum beli."

"Nana ngga mau minum obat bunda, ayah." nada bicara Nana sedikit bergetar. Andra yakin bahwa anak itu tengah menggigil.

"Gue beli ob--"

"Biar Jino aja yang beli obatnya ayah. Apoteknya deket dari sini, tingal jalan kaki." Jino memotong ucapan Andra.

"Tapi dek ini udah malem, biar bunda aj--"

"Engga bunda. Jino ngga bakal kenapa-napa. Udah biar Jino aja yang beli. Bunda sama ayah jagain kakak aja." belum sempat kedua orangtuanya menjawab, Jino langsung keluar.

Andra kembali melirik Nana. Ia langsung menaiki tempat tidur dan memposisikan diri untuk tidur disamping anaknya.

Izel yang hendak protes kembali membungkam bibirnya saat melihat Andra memeluk Nana erat. Lelaki itu mengelus puncak kepala Nana dengan penuh kasih sayang dan sesekali mengecup kepalanya.

"Sabar ya, obatnya lagi dibeli adik kamu."

Hati Izel terenyuh, ia melihat sosok Andra yang sangat berbeda saat ini. Apalagi sorot mata lelaki itu berubah sendu, menyiratkan kesedihan.

"Katanya pelukan bisa transfer energi positif. Pelukan juga merupakan sikap kepedulian yang ngga perlu butuh penjelasan." Andra berbicara entah pada siapa. Izel hanya diam mendengarkan. Sambil matanya terus memperhatikan Nana yang terlihat nyaman di pelukan Andra dan menenggelamkan kepalanya di cekukan leher ayahnya itu.

Mereka saling diam sambil menikmati keheningan. Sampai tak berapa lama Jino datang membawa jinjingan yang berisi obat.

Jino menyerahkannya pada Izel yang langsung diterimanya, "makasih ya sayang. Kamu kembali ke kamar aja, tidur udah malem."

BONANZA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang