Jemari Andra mengetuk meja pelan. Kedua matanya menelisik serius menatap Nana dan Jihan yang berada tepat dihadapannya. Mereka bertiga sedang berada di sebuah kedai sekitaran lokasi tadi yang memang agak sepi dan tak ramai pengunjung.
Ekspresi Nana sangat tenang. Sampai saat ini, orang yang bisa membuatnya takut hanya Izel, bundanya. Sedangkan Jihan, sedari tadi menyeggol kaki Nana dengan kakinya. Ia benar-benar merasa terintimidasi oleh tatapan ayah dari sahabatnya itu.
"Om ... Itu ... Emm, aku sama Nana cum--"
"Kita abis balapan ayah. Tapi cuma berdua." Nana berkata jujur. Ia rasa percuma saja mencari alasan lain, karena bagaimanapun mereka sudah tertangkap basah.
"Kenapa kalian balapan berdua?" tanya Andra dengan nada dingin namun tenang.
"Iseng aja," jawaban Nana kali ini membuat Jihan ingin mencubitnya dengan keras. Sedangkan Andra hanya mengangguk kecil.
"Sayangnya keisengan kalian berdua itu bahaya para gadis kecil. Kalo kalian misalnya tiba-tiba ngga bisa ngendaliin motornya, kalian bisa celaka."
"Tapi kita udah biasa, ayah. Dan selama ini juga ngga ada masalah soal itu. Kita baik-baik aja," Nana mencoba untuk meyakinkan Andra.
"Om, Nana cuma mau penuhin janjinya sama saya. Sebenernya kita udah lama ngga balapan, dan hari ini kita baru balapan lagi. Jadi ini semua salah saya."
"Apaan sih lo, Han. Ini salah gue. Lagian kita udah deal juga. Dan kalo ayah mau bilang ke bunda, silahkan."
Dalam hati Andra salut dengan pertemanan Jihan dan anaknya. "Jadi bunda ngga tau kamu balapan?" tanya Andra penuh selidik.
Nana menggeleng lemah, "dia jelas ngga tau. Kalo tau, mana bisa Nana ikut balapan. Mungkin udah dikurung dikamar seharian sama bunda."
Andra menyeringai kecil, ternyata mantan istrinya itu begitu overprotective terhadap kedua anaknya. Ia tentunya akan memanfaatkan situasi ini untuk mengambil hati anaknya.
"Ayah ngga akan bilang ke bunda kamu."
Nana dan Jihan saling bertatapan seolah memastikan apa yang baru saja mereka dengar. "Serius yah?" tanya Nana tak menyangka.
"Hm, tapi dengan syarat. Kamu ngga boleh ikut balapan yang lebih berbahaya dari ini." kini Andra menatap Nana dengan badan yang lebih condong ke depan.
Nana mengerjapkan matanya berulang kali, "maksud ayah?"
"Kamu ngga boleh ikut balapan sama anak geng motor lain di luaran sana. Yang artinya, kamu hanya boleh balapan sama temen kamu ini yang namanya--"
"Jihan, om." jawab Jihan seolah mengerti maksud Andra.
"Ya, kalian hanya boleh balapan berdua. Paham?"
Nana dan Jihan mengangguk mengerti.
Setelah itu, Andra memutuskan untuk mengantar Nana pulang. Sedangkan Jihan lebih memilih untuk pulang sendiri karena beralasan kalau ia membawa motor saat diajak Andra untuk ikut.
"Ayah mau masuk dulu?" tanya Nana pada Andra saat keduanya telah sampai di depan rumah.
"Ngga. Ayah ada urusan kantor. Kamu masuk aja ya. Atau perlu ayah bantu bilang ke bunda kamu?"
"Ngga perlu, Nana bisa sendiri. Yaudah ayah hati-hati dijalan."
Nana keluar dan masuk ke rumahnya. Saat menutup pintu, ia malah melihat Fares tengah duduk dan menatapnya.
"Darimana?" tanya Fares tanpa basa-basi.
"Maen lah. Lo ngapain disini?" Nana balik bertanya.
Fares tak menjawab, ia langsung berdiri dan mendekat kearah Nana dan mempertajam indera penciumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BONANZA [Completed]
Teen Fiction[FOLLOW DULU, BEBERAPA PART DI PRIVATE] Family Series : 2nd Disarankan membaca cerita GRIZELLE terlebih dahulu. -- Bonanza Dandil Dimitri, anak sulung dari pasangan Gavandra Adilhaq Dimitri dan Grizelle Danisya Roger yang merupakan gadis pemberontak...