Part 12

22.7K 1.4K 54
                                        

Suara dentuman musik dan sorak sorai para pengunjung membuat tempat yang gelap dan minim pencahayaan itu makin membuat suasana menjadi bising dan memekakan telinga.

Aroma rokok bercampur alkohol serta banyaknya pasangan bibir yang tengah saling berpagutan membuat dua gadis yang sedang duduk di meja bar itu berdecih jijik.

Mereka tengah menikmati minuman yang dipesannya sambil sesekali melempar candaan.

"Juice? Come on Jihan. You don't know where this is? CLUB! Why are you so geeky?"

Ucapan Nana yang sedang meledeknya membuat Jihan hanya terkekeh pelan, "kalo gue mabok juga, ngga ada yang bisa jamin keselamatan kita berdua nyet!"

Jihan kembali melihat Nana menuangkan wine digelasnya. Entah sudah keberapa gelas, perempuan itu masih enggan untuk berhenti.

GRAP!

Jihan langsung menahan gelas Nana dan kembali menaruhnya di meja. Hal tersebut tentu membuat Nana berdecak kesal, "kenapa? Lo mau minum? Karena lo ngerasa bener-bener culun sekarang? Hm?"

"Persetan tentang culun! Gue cuma mau lo berhenti minum. Can you fell? You are very drunk now. Don't be stupid Nana sayang. Kita balik!" Jihan menarik tangan Nana untuk membawanya pulang, namun Nana langsung menepisnya.

"Gue masih mau disini. Lo balik aja sendiri," saat akan kembali duduk, Jihan menarik tangan Nana lebih kencang dan sedikit menyeretnya untuk keluar dari club.

"Besok lo sekolah Na, jangan sampe bunda lo tau kalo lo abis minum." ucap Jihan saat mereka telah diluar tempat hiburan malam itu dan melepaskan genggaman pada lengan Nana.

Nana terkekeh, ia mengerjapkan kedua matanya yang telah memerah dan mencoba menyeimbangkan pijakannya saat kakinya berjalan mendekat kearah Jihan, "bun--bunda? Bunda ngga s--sayang gue Han," jawabnya dengan ucapan yang terbata-bata karena cegukan.

Walaupun kesadaran Nana tak sepenuhnya hilang, tetap saja gadis itu selalu membuat kekacauan ketika mabuk seperti sekarang ini. Tak mau hal itu terjadi, Jihan kembali menarik Nana ke parkiran motor yang berada tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Kali ini, Nana hanya diam tak membantah, sekali-kali ia juga memegang lengan Jihan agar tak kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

"Ck, gue juga kan udah bilang tadi jangan pake motor! Kalo gini kan ribet, taik!" bentaknya pada Nana yang malah tertawa seolah ucapan Jihan adalah lelucon baginya.

Jihan memakaikan helm untuk Nana dan untuk dirinya. Setelah itu Jihan naik terlebih dahulu ke motornya dengan kesal. Jelas saja ia kesal, bagaimana tidak? Motor yang digunakan Jihan adalah motor gede yang mana itu akan nambah menyulitkannya saat membonceng Nana nanti.

"Ayok, naik!" Jihan menyodorkan sebelah tangannya agar Nana bisa naik dengan mudah.

Setelah Nana diatas motor, Jihan menarik kedua lengan sahabatnya itu dan melingkarkannya diperut, posisi itu juga membuat Nana memilih menyandarkan kepalanya dibahu Jihan.

Jihan menepuk pipi Nana pelan, "dengerin gue! Lo jangan lepasin pegangannya! ngerti?" yang hanya dijawab Nana dengan gumaman pelan.

Jalanan yang sepi membuat Jihan ingin membawa motornya dengan ngebut. Tapi apa boleh buat, ia kini tengah membawa seorang putri raja bar-bar nan gila yang selalu membuatnya kerepotan. Jadi mau tak mau Jihan memelankan laju motornya, karena ia juga ingin selamat sampai rumah.

Di sepanjang perjalanan, Nana selalu mengoceh tak jelas. Itu karena efek alkohol yang diminumnya terlalu banyak. Jihan selalu memperingati Nana agar jangan minum sampai mabuk. Tapi memang pada dasarnya bebal, Nana malah tak menghiraukannya. Padahal Jihan sudah sangat tahu kalau Nana tak kuat minum.

BONANZA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang