Part 50

20.8K 1.3K 257
                                    

Absen dulu, blue lovenya mana💙

Seberapa greget sama cerita ini??

Next part??? Spam komen yuk!

Happy reading.

🍂🍂🍂

Hampir dua minggu setelah kejadian di balkon tentang pernyataan Fares yang membuatnya hancur adalah saat terakhir Nana melihat Fares.

Dan selama itu pula Nana tak pernah ingin tau tentang keadaan cowok itu. Nana selalu berangkat sekolah lebih pagi, setiap waktu istirahat Nana hanya berdiam diri dikelas, dan sesekali menitip makanan pada Niken maupun Gio yang beberapa kali sering kekelasnya.

Sepulang sekolah, Nana selalu mampir ke rumah Jihan atau pergi ke markas Death Angel's dan pulang di waktu menjelang malam seperti sekarang ini.

Semua ini Nana lakukan hanya untuk membenahi perasaannya yang sudah tak karuan. Tak pernah lagi ada tangisan saat Nana kembali mengingat tentang Fares. Nana selalu mengalihkan pikirannya dengan balapan, minum, atau bahkan menghajar siapapun yang telah membuatnya murka di jalanan.

"Dia mabuk." ucap Zidny saat Gio menjemput Nana di markas mereka. Zidny memutuskan untuk menyuruh Gio menjemput Nana karena diwaktu bersamaan cowok itu menelpon ke ponsel Nana.

Gio hanya mengangguk lalu pamit pergi dari hadapan beberapa perempuan yang menurutnya tak beres kalau dilihat dari penampilan mereka.

"Gue bo--bodoh." racau Nana saat Gio mendudukannya dikursi depan penumpang. Gio lalu menutup pintu, mengitari depan mobilnya dan duduk di kursi kemudi.

"K--kak Gio?" telunjuk Nana tepat di depan wajah Gio dengan mata gadis itu yang mengerjap mencoba untuk sadar.

"Hm, ini gue. Kita pulang ya? Lo mabuk."

Gio mulai melajukan mobilnya, sedangkan Nana hanya cekikikan pelan, dan beberapa detik kemudian gadis itu terisak, isakan yang membuat Gio sedikit terusik.

"Na, lo kenapa?" tanya Gio masih dengan fokusnya menyetir, namun menoleh sebentar ke arah Nana yang menundukan kepalanya.

Tak ada jawaban. Masih isakan yang terdengar jelas di telinga Gio. Gio menggelengkan kepalanya, ia mengira mungkin Nana hanya terlalu mabuk.

"Cinta, cih." ucapan Nana di sela isakannya.

"Bullshit." lanjutnya. Gio menepikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi, lalu tangannya mengangkat kepala Nana yang sedaritadi menunduk.

"Nana, hei. Lo kenapa?" pipi Nana telah basah dipenuhi airmatanya yang terus mengalir deras.

Lalu mata Nana menatap Gio, bibir gadis itu tersenyum, "k--kak Gio ganteng."

Gio hanya diam lalu mengusap pelan pipi Nana.

"Dada gu--gue sakit kak. S--sakitnya se--sering, gu--gue ngga ku--kuat."

Gio melihat Nana menepuk-nepuk karas dadanya, hingga lengan Gio menghentikan gerakannya.

"Lo ngga enak badan? Mau ke dokter?" walaupun Gio tau Nana tengah mabuk, namun Gio yakin tak sepenuhnya ucapan gadis itu bohong.

Nana menggeleng lemah ditengah cegukannya. Nana lalu menutup mulutnya yang Gio sadari kalau Nana akan memuntahkan isi perutnya, dengan segera Gio membuka kaca mobil disamping Nana, dan benar saja, Nana langsung muntah.

"Udah?" tanya Gio saat Nana kembali menyenderkan kepalanya ke jok mobil dan dijawab dengan anggukan pelan.

Gio kembali menutup kaca mobil disamping Nana lalu memasangkan seatbelt untuk Nana dan melanjutkan laju mobilnya untuk mengantar Nana pulang.

BONANZA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang