Part 55

22.1K 1.4K 363
                                        

CEKLEK.

Nana yang tengah terisak langsung menghambur ke pelukan Izel yang baru saja masuk ke ruang rawat Andra.

"Kak, ayah kamu kenapa?" tanya Izel dengan nada khawatir sambil matanya terus menatap Andra yang tengah terbaring lemah.

"Hiks, bunda...ayah ditembak pas didepan rumah kita."

Izel terkejut, "ap--apa kak? Ditembak? Siapa pelakunya?!"

Nana menggeleng lemah ditengah isakannya, "Nana ngga tau karena tadi Nana sibuk khawatirin keadaan ayah yang langsung ngga sadar."

Tanpa sadar, air mata Izel ikut tumpah, menyaksikan betapa pucat dan tak berdayanya seorang Gavandra.

"Apa kata dokter kak? Ayah kamu baik-baik aja kan?"

Nana menutup wajahnya, tangisnya semakin kencang, membuat degup jantung Izel tak karuan karena rasa khawatirnya yang meningkat.

"Hiks, bunda. Ayah kritis. Nana takut ayah kenapa-napa bunda. Nana ngga mau kehilangan ayah buat yang kedua kalinya."

Kepala Izel menggeleng lemah, kedua matanya sayu.

Dengan langkah pelan, Izel menghampiri Andra dan diam di sisi kanan tempat tidur.

Tangan Izel yang sedikit gemetar memegang pelan pipi Andra, "Gav, bangun."

"Aku ngga mau kamu kenapa-napa Gav. Aku masih sayang sama kamu. Asal kamu tau, perasaan aku ngga pernah berubah dari dulu."

"Aku cuma takut kamu nyakitin hati aku yang mudah hancur ini. Aku ngga siap kalo harus kehilangan kamu, Gav. Maaf untuk semua keegoisan aku selama ini. Semua itu semata-mata karena aku malu sama keputusan aku yang terlalu buru-buru waktu itu. Aku malu sama kamu, anak-anak, juga diri aku sendiri yang udah ambil keputusan yang salah. Maaf ngga percaya sama kamu waktu itu, maaf karena udah minta pisah dari kamu, maaf udah misahin kamu dari anak-anak. Maaf ud--"

Izel terkejut karena tiba-tiba tengkuknya ditarik oleh Andra yang langsung mencium bibirnya.

Dengan cepat, Izel mendorong dada Andra, "awsshhh sakit, sayang."

"K--kok kamu--"

"Sadar? Aku bahkan udah sadar dari sebelum kamu masuk kesini." jawab Andra memotong ucapan Izel yang belum selesai.

Sebelum Izel tiba, Andra memang telah siuman karena dokter bilang luka tembaknya tak terlalu parah. Jadi Andra memanfaatkan keadaan itu dan menyuruh Nana untuk ikut berpartisipasi dalam rencana dadakannya.

Setelah sepakat, Nana langsung memulai aksinya dengan menelpon Izel terlebih dahulu dan memberitahu bundanya itu tentang kondisi Andra dengan nada yang dibuat sesedih mungkin.

Berhasil, Izel mempercayai Nana dan langsung menghampiri Andra saat itu juga.

Izel lalu mengalihkan tatapannya pada Nana, "kak kamu--"

Nana mengusap air matanya dengan kasar, "hehe maaf bunda. Demi kelanjutan hubungan ibu dan bapak negara Nana ngeluarin bakat akting Nana. Bagus kan bunda?"

Mulut Izel menganga tak percaya, ternyata Andra telah bersekongkol dengan anak sulungnya.

"Eits bunda ngga boleh marah. Ayolah bun, berhenti gengsi. Nana tau bunda sama ayah itu masih saling sayang. Gengsi kalian berdua itu cuma sok soan aja ngelebihin anak ABG zaman now."

Bukan hanya Izel, Andra juga ikut terkejut dengan ucapan Nana yang menggebu.

"Kamu ngatain orangtua kamu kak?"

"No bunda. Nana cuma pengen kalian bisa rujuk lagi. Ya mungkin kalo posisinya kalian udah ngga saling sayang Nana ngga akan maksa untuk rujuk, tapi Nana tau dari ayah kalo dia masih sayang sama bunda. Bunda juga kan tentunya? Tadi kita denger loh apa yang bunda bilang."

BONANZA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang