Part 13

22.1K 1.5K 66
                                    

Coba absen pembaca setianya Bonanza, CUNG!!!

🍂🍂🍂

Nana mengernyitkan keningnya karena kepalanya terasa berat dan pening. Kedua matanya perlahan terbuka. Ia merasa asing dengan suasana kamar yang sedang ia tempati saat ini.

Ia mengubah posisinya menjadi duduk. "Gue dimana ini?" gumamnya pelan. Nana takjub dengan desain kamar yang menurutnya sangat mewah dan elegan.

"Apa jangan-jangan gue diculik? Tapi kan semalem bareng Jihan. Aduh!" Nana memukul kepalanya sendiri karena ia tak mengingat apapun.

Melihat jam yang berada di nakas samping tempat tidur membuat Nana terlonjak kaget, "anjir! Sekolah!" Dengan buru-buru ia turun dari ranjang dan lari lalu membuka pintu.

Saat didepan pintu, Nana dibuat bingung dengan keadaan rumah asing yang besar ini. Dan rupanya ia tengah beras dilantai atas. Dari tempatnya berdiri, Nana mendengar suara orang yang tengah mengobrol dibawah.

Tanpa ragu, Nana menuruni tangga dan mencari pintu keluar.

"Udah bangun? Sini duduk, kita sarapan." suara tersebut membuat Nana menghentikan langkahnya. Ia melihat Andra dan seorang wanita paruh baya yang tengah menatapnya.

Nana hanya diam tak menyahut, ia kembali mencari pintu utama dan ingin segera pergi dari rumah itu sekarang juga.

Dan berhasil! Disebrang kanannya ia melihat pintu besar yang sedikit terbuka. Tanpa berpikir panjang, Nana langsung berlari.

GRAP!

Andra berhasil menahan lengan Nana  yang membuat Nana langsung berontak dan berusaha melepaskan.

"Hei, kamu mau kemana? Makan dulu yuk?"

Nana menggeleng kuat, "lepas! Saya mau pulang!"

"Ini rumah kamu juga sayang," ucap Andra dengan nada lembut.

"Lepas!" kekeh Nana yang terus berusaha melepaskan cekalan Andra. Andra yang tak tahan dengan penolakan anaknyapun langsung memeluknya erat. Ia menghirup aroma rambut putrinya dalam-dalam.

"Kalo kamu marah sama ayah it's okey. Ayah ngga masalah. Tapi seenggaknya kasih ayah kesempatan buat jelasin semuanya sama kamu, sayang."

Hati Nana menghangat saat Andra memeluknya, ia tak pernah merasakan pelukan Andra yang dari dulu selalu menjadi impian terbesar dihidupnya. Pelukan seorang ayah.

Namun mengingat tentang apa yang telah terjadi, hati Nana kembali berdenyut nyeri. Ada sesuatu didalam dirinya yang membuat rasa sakit dan marah itu kembali membuncah.

Dengan sekuat tenaga Nana melepaskan pelukan Andra secara paksa. Ia menatap kedua bola mata teduh nan tajam milik Andra.

"Saya tidak kenal anda, Tuan. Anda salah orang." ucapnya dengan nada dingin.

Ketika Andra hendak kembali mendekat, suara seseorang membuat Andra mengurungkan niatnya, "kamu anak kecil ngga tau sopan santun ya?" ucap wanita yang berumur sekitar 60 tahunan sambil menilai Nana dari atas sampai bawah.

Nana mengeraskan rahangnya, ia membalas tatapan wanita yang tak diketahuinya itu tanpa rasa takut.

"Ah sayang, kenalin ini oma Ginan, tantenya ayah. Kamu sal--"

"Ngga perlu. Anak pembangkang kaya dia mana bisa bersikap sopan." ucapan Andra dipotong oleh Ginan.

"Saya juga ngga akan pernah mau sopan sama anda, nenek tua jelek!"

Jawaban Nana membuat Andra tersentak kaget, anaknya ini benar-benar mewarisi sifat dirinya yang pemberani. Sedangkan Ginan yang dipanggil 'nenek tua jelek' oleh Nana langsung tersulut emosi dan hendak kembali membuka suara.

BONANZA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang