Part 17

21.9K 1.3K 57
                                        

Izel dan Andra kini tengah berada di teras depan rumah. Setelah tadi Izel memarahi kedua anaknya, ia menyuruh Nana dan Jino masuk ke kamar mereka masing-masing dan mengerjakan PR.

"Kalo ngadepin anak-anak seumuran mereka itu jangan pake emosi. Yang ada mereka malah nganggap lo ngga bisa ngertiin mereka."

Andra memperhatikan Izel yang masih terlihat kesal, karena raut wajahnya yang kentara.

"Ngga usah so ngajarin gue! Lo bahkan ngga pernah ngurusin anak-anak." jawab Izel sarkas.

"Tapi gue bisa ngambil hati mereka dengan langkah cepat, my ex wife. Jadi lo jangan raguin gue."

Izel langsung menghadap Andra yang tengah duduk disampingnya dan hanya terhalang meja.

"Jangan pernah nyoba-nyoba rebut mereka dari gue. Karena kalo sampe itu terjadi--"

"Lo mau apa? Hm? Bahkan lo terlihat sangat ketakutan padahal gue ngga bilang apapun tentang hal yang ada dipikiran lo itu, Grizelle."

Bibir Izel mengatup, Andra benar. Ia bahkan tak bisa menutupi sikap waspadanya.

"Nana dan Jino itu anak kita berdua, lo ngga bisa ngelak soal itu. Mau gimanapun mereka juga butuh lo maupun gue, ngga bisa salah satu. Gue ngga mau keegoisan kita yang lalu terulang lagi." ucap Andra dengan tatapan tegas nya.

"Ngga, mereka udah terbiasa tanpa lo."

"Oh ya? Tapi semenjak gue dateng kemarin, mereka udah terbiasa degan gue, Grizelle. Lo ngga sadar itu?"

Izel memilih bungkam, ia merasa percuma beradu argumen dengan Andra yang selalu bisa membuat dirinya kehabisan kata-kata.

"Gue mau nanya sama lo. Apa lo mau rujuk sama gue, Grizelle?"

DEG

Entah kenapa, pertanyaan Andra barusan terdengar seperti pertanyaan lelaki itu saat Izel diajak berpacaran oleh Andra dulu. Dan sialnya, degup jantungnya tak bisa diajak berkompromi.

"Gue ngga mau," jawab Izel dengan kedua jemari tangan yang saling bertautan.

Andra memperhatikan pergerakan Izel, lalu mengangguk ringan. "Oke, gue ngga akan maksa."

Benarkah yang apa barusan didengarnya? Izel pikir Andra telah berubah, dengan sikapnya kini yang tidak pemaksa seperti dulu.

"Tapi gue akan pastiin kalau gue bakalan jadi ayah yang baik buat anak-anak gue. Walaupun lo nolak kehadiran gue berkali-kali, gue juga bakal tetep dateng berkali-kali. Kali ini bukan buat lo, tapi buat mereka. Jadi lo bisa anggap gue bukan sebagai ancaman."

Andra melenggang pergi. Meninggalkan Izel yang masih terdiam merasakan pikirannya yang berkecamuk.

Setelah Andra benar-benar pergi, Izel mengusap wajahnya kasar, "karena kehadiran lo, yang selalu bikin gue serba salah Gav. Selalu bikin otak gue mengenyampingkan logika daripada hati. Kali ini, itu ngga akan terjadi lagi!"

Izel langsung masuk kerumahnya dan menutup pintu. Mungkin malam ini, ia akan sulit untuk tidur.

Sedangkan dikamarnya, Nana hanya bergulang guling dikasur tanpa berniat untuk tidur. Nana masih memikirkan omelan Izel dan janjinya pada sang bunda.

Namun, tunggu!

Bukankah ia hanya berjanji untuk tak berkelahi, nakal dan bolos saja? Tidak untuk balapan? Sedetik kemudian senyumnya merekah, ia mengetikan sesuatu diponselnya.

Jihan jelek! Fix! Besok gue ikut
balapan sama lo, my loser!

Nana memeluk gulingnya erat, kedua kakinya ia tendang tendang ke udara. Ia benar-benar sedang merasa senang, sangat senang. Kedua matanya perlahan menutup, rasa kantuk yang Nana tunggu sedari tadi akhirnya menyapa. Gadis itu tertidur dengan kedua sudut bibir yang terangkat.

BONANZA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang