Part 43

18.7K 1.2K 201
                                        

"Na, kenapa muka lo dari tadi di tekuk gitu?" tanya Niken penasaran. Saat kedatangan murid baru yang bernama Zidny tadi, wajah Nana sangat tak bersahabat. Bahkan sampai saat ini ketika mereka berdua dikantin pun, Nana tak juga membuka suaranya.

"Lo sakit?" Niken kembali bertanya memastikan, siapa tahu memang Nana sedang merasa tak enak badan.

Helaan napas berat Nana sangat terdengar jelas walaupun suasana kantin bisa dibilang cukup ramai.

"Gue ngga papa." hanya itu jawaban yang Nana lontarkan ditambah lirikan sekilas pada Niken. Niken yang tak mau membuat Nana makin badmood akhirnya memilih untuk diam sambil menyantap makanannya, begitupun dengan Nana.

"Hai," sapa seseorang yang duduk disamping Niken sambil tersenyum.

"Eh, hai." Niken sedikit menggeser duduknya, memberi ruang pada orang itu yang merupakan murid baru dikelasnya tadi.

"Boleh gue gabung bareng kalian?" tanya Zidny yang melirik Niken dan Nana bergantian.

"Enggak!" "Iya."

Nana dan Niken menjawab serentak, namun dengan jawaban yang berbeda. Hingga membuat Zidny terkekeh pelan, seolah melihat sesuatu yang lucu.

"Gue anggap boleh. Kenalin gue Zid--"

"Gue ngga ngizinin lo duduk disini!" potong Nana yang mau melihat wajah orang sok baik didepannya ini.

"Na. Jang--"

"Mending sekarang lo pergi!" Nana menghiraukan ucapan Niken dan kembali memotongnya sambil mengusir Zidny, tatapan tajamnya membuat Niken terkejut hingga tak berani membuka suaranya untuk sekedar menenangkan Nana.

"Temen lo ini emang galak ya?" tanya Zidny yang malah menoleh pada Niken, tanpa merasa takut oleh tatapan Nana yang kian menghunus tajam.

"E--engga kok." jawab Niken dengan senyuman kikuknya. Niken menjadi bingung dengan apa yang sedang terjadi pada Nana.

"Ah atau, dia lagi patah hati?" kini Zidny kembali bertanya dengan sedikit berbisik pada Niken. Nana yang sudah jengah langsung menggebrak meja dan pergi dari tempat duduknya. Niken yang melihat kepergian Nana langsung menyusulnya, "gue pergi nyusulin Nana dulu." pamitnya pada Zidny yang tengah tersenyum.

"Naaa! Tunggu!" teriak Niken sedikit berlari menyusul langkah Nana yang semakin menjauh. Walaupun Nana mendengar suara Niken, ia terus berjalan tanpa menoleh kearahnya. Niken menghentikan langkahnya untuk mengejar Nana, mungkin Nana memang sedang ingin sendiri. Pikirnya.

Nana memutuskan untuk pergi ke rooftop sekolahnya. Persetan dengan kejadian Jordan beberapa waktu lalu. Nana hanya membutuhkan tempat yang sepi.

Nana meraih ponsel di saku seragamnya, ia mengetikan sesuatu dan mengirimkannya pada Jihan.

Si Zidny masuk ke sklh gue. Jing!

Send.

Nana kembali menaruh ponselnya. Ia mendengar suara percakapan yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Dikarenakan rooftop sekolah memang selalu sepi, jadi tentu Nana bisa mendengar percakapan orang walaupun pelan. Nana mulai mendekat ke arah suara, ia sedikit penasaran dengan siapa orang yang dengan sengaja mengobrol di rooftop seolah percakapannya tak ingin di dengar siapapun.

"Gue minta maaf soal semalem kalo emang lo marah gara-gara itu."

DEG.

Nanti tentu saja sangat hapal dengan suara itu. Suara Fares, Nana sangat yakin. Nana menghentikan langkahnya dibalik tembok, dan wajahnya sedikit mengintip ke sela lorong kecil disamping gudang yang tempo lalu ia memergoki Jordan.

BONANZA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang