"Kak, itu yang lagi nunggu kamu di teras Gio bukan?" tanya Izel saat masuk ke kamar Nana yang pintunya terbuka, Nana sendiri masih bercermin dan memoleskan liptint di bibir ranumnya.
"Iya bunda, kak Gio. Dia udah dateng?"
"Udah, makanya sama bunda disuruh nunggu. Yaudah abis ini kamu turun, terus sarapan ya? Bunda mau pergi ke rumah tante Vika dulu."
"Siap bos!" tangan Nana terangkat membentuk gerakan hormat.
Setelah selesai dan bersiap, Nana turun lalu sarapan. Ia sempat menawari Gio untuk sarapan bersama, namun Gio menolak halus karena cowok itu memang tak biasa sarapan pagi dan memilih menunggunya di teras depan rumah Nana.
"Yuk!" ajak Nana saat ia telah selesai sarapan, Gio tersenyum lalu mengangguk, "gue hari ini pake motor. Ngga papa?" tanya nya melirik Nana yang malah tersenyum miring.
"Gue tau, lo sengaja kan kak pake motor biar bisa modusin gue?"
Bukannya marah, Gio malah tertawa. Itulah Nana yang ia kenal, selalu berbicara apa adanya.
"Sssttt, pura-pura ngga peka dong. Biar modus gue keliatan soft."
"Ngga ah. Cinta gue pernah ditolak, jadi lo harus ngerasain ditolak gue!" kekehnya, sampai mereka berdua telah berada tepat disamping motor Gio.
"Nih, lo pake helm gue aja." Gio memberikan helmnya pada Nana, "lah terus lo ngga pake helm kak?"
Gio menggeleng, "ngga perlu, kita nanti lewat jalan pintas, jadi jangan khawatir kalo kena tilang."
Nana mendengus, namun tetap menerima helm tersebut dan memakainya.
Setelah memakan waktu selama duapuluh lima menit, motor Gio berhenti didepan gerbang sekolahnya yang ditutup.
"Kok udah ditutup sih?" tanya Nana sambil melihat arloji di pergelangan tangan kirinya. "Astaga kak, kita cuma telat sepuluh menit padahal."
Gio terkekeh, wajahnya santai seolah tak masalah dengan hal tersebut. "Coba gue tanya satpam dulu ya, Na. Siapa tau kita masih boleh masuk."
Nana mengangguk pasrah, ia bisa saja naik gerbang belakang sekolah untuk diam-diam masuk kelas, namun Nana tak ingin catatan buruknya itu sampai lagi pada Izel yang malah akan menghukumnya.
"Pak, bukain gerbangnya. Kita cuma telat bentar," Gio tengah berbicara pada satpam, namun satpam yang bernama pak Jaya itu menggeleng, "ngga bisa, salah kalian sendiri kenapa baru datang di jam segini."
Gio menghela napas, ia lalu mengambil dompet disaku seragamnya dan menyerahkan uang lembaran berwarna merah dan memberikannya pada pak Jaya, "kali ini aja. Gue bawa cewek."
Pak Jaya hendak menerima uang yang diberikan Gio namun suara seseorang membuatnya terkejut, tak terkecuali Nana.
"Nyogok satpam karena udah langgar peraturan sekolah. Ckck."
Fares. Cowok itu datang dengan menggunakan jas merah dan atribut OSIS lengkap sambil kedua tangannya dimasukkan kedalam saku celana.
"Res, biarin kita masuk dong, Ayolah." Nana meletakan tangannya di depan dada dengan jari-jari yang saling bertautan, serta tak lupa tampang memelasnya yang merupakan senjata untuk membuat Fares luluh. Namun kali ini mata tajam Fares tak melunak, cowok itu malah menyeringai tipis dan mengalihkan padangannya pada Gio.
Sedangkan Gio masih dengan wajah santainya tersenyum tipis, "gue baru tau, OSIS hari ini lo yang jaga Res."
"Lo udah tau sekarang. Mau apa?" sahut Fares dengan satu langkah maju menatap Gio lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BONANZA [Completed]
Teen Fiction[FOLLOW DULU, BEBERAPA PART DI PRIVATE] Family Series : 2nd Disarankan membaca cerita GRIZELLE terlebih dahulu. -- Bonanza Dandil Dimitri, anak sulung dari pasangan Gavandra Adilhaq Dimitri dan Grizelle Danisya Roger yang merupakan gadis pemberontak...