"Oke, berdasarkan hasil seleksi kemarin, gue udah list beberapa nama yang lolos dan bisa ikut turnamen. Buat yang ngga disebut namanya, mohon jangan berkecil hati. Sekarang gue bakalan nyebutin nama-nama pemain inti dan cadangan yang total masing-masingnya lima orang."
Jika bukan karena ingin tahu dirinya lolos atau tidak, Nana mungkin sedari tadi lebih memilih untuk pergi dari aula. Bagaimana tidak? Yang melakukan penyeleksian adalah Jordan selaku mantan ketua ekskul Basket dan Pandu selaku divisi acara. Okelah kalau Pandu tak masalah untuknya, tapi kalo Jordan? Bahkan cowok itu selalu menggodanya secara terang-terangan sedari kemarin. Cih.
"Raquel Syamaita, Difa Setyaningsih, Aureel Leteshia, Niken Lazuardi, dan--"
Jordan menjeda ucapannya. Niken sedari tadi memegang tangan Nana.
"Na, gue lolos! Tapi kok nama lo ngga ad--"
"Dan Bonanza Dandil Dimitri, calon pacar gue. Itu lima orang yang lolos jadi pemain utama tim basket cewek."
Suara riuh tepuk tangan menggelegar, dari total empat puluh siswi yang daftar seleksi, tentu lima orang tadi merupakan yang terbaik. Namun, semua sorot mata tertuju pada Nana, apalagi kalau bukan karena ucapan Jordan yang membuat kehebohan dengan mencap dirinya sebagai 'calon pacar' walaupun Nana yakin kalau Jordan hanya becanda. Tetap saja, itu keterlaluan!
"Akhirnyaaaa Na, kita berdua lolos!" pekik Niken yang langsung memeluk Nana. Sedangkan sorot mata Nana menajam saat bertemu dengan mata nakal Jordan.
Cowok mesum gila!
"Dah yuk ah balik ke kelas! Gerah gue disini, ada setan!" Nana menarik lengan Niken untuk pergi ke kelas di saat semua orang masih menatapnya dengan diselingi siulan menggoda.
"Eh eh, kok balik sih? Kan belum beres, kak Jordan belum nyebutin list pemain cadangannya Na."
Niken benar, tapi Nana sudah terlanjur kesal dengan ucapan Jordan yang ngawur.
"Yaudah lo duduk lagi aja Ken, gue sendiri yang balik ke kelas."
Nana pergi tanpa menunggu jawaban Niken.
"Ih, kok dia malah pergi sih? Au ah!" Niken lebih memilih duduk kembali dan mendengarkan Jordan selesai berbicara. Ia akan memberi tahu Nana nanti.
"Awas aja! Kalo ketemu, gue tonjok sampe sekarat!" gerutu Nana di sepanjang koridor kelas yang sepi, karena para murid sedang melakukan seleksi olahraga yang lain, seperti futsal, voli, karate, dan masih banyak lagi.
"Udah jangan kesel gitu, candaan Jordan emang kadang suka kelewatan. Nanti gue yang bakal tegur dia." Nana tersentak kaget, karena tiba-tiba Gio ada dibelakangnya lalu tersenyum lebar.
"Kak Gio kok disini?"
"Emang kenapa kalo gue disini? Ngga suka?"
"Eh--bukan, gue cuma kaget aja kak."
Gio terkekeh saat melihat wajah panik Nana.
"Selamat ya, lo lolos jadi pemain utama."
"Lo tau kak?"
Gio mengangguk, "gue tadi denger list nama yang Jordan sebut."
"Makasih, kak." Nana tersenyum simpul yang dibalas Gio dengan senyuman manisnya, "sama-sama calon pacar--"
"Apaan sih, ngga usah ngeledekin gue gitu! Gue masih kesel sama si Jordan temen lo itu!"
"Kok ngeledekin sih? Kan gue belum lanjutin calon pacar siapa."
Nana mengerjapkan matanya, "maksudnya?"
"Gue tadi mau bilang, 'sama-sama calon pacar Gio'. Tapi lo nya keburu motong. Mana nge-gas pula."

KAMU SEDANG MEMBACA
BONANZA [Completed]
Teen Fiction[FOLLOW DULU, BEBERAPA PART DI PRIVATE] Family Series : 2nd Disarankan membaca cerita GRIZELLE terlebih dahulu. -- Bonanza Dandil Dimitri, anak sulung dari pasangan Gavandra Adilhaq Dimitri dan Grizelle Danisya Roger yang merupakan gadis pemberontak...