Pagi Nana kali ini dibuat senang oleh kedatangan Dareen, om nya. Izel, Dareen, Nana, dan Jino tengah menyantap sarapan mereka.
"Om Dar, kenapa dateng kemari ngga bilang-bilang dulu?" tanya Nana di sela-sela makannya.
"Kalo om bilang-bilang dulu, ada yang mau om ngga dateng." Dareen tersenyum miring sambil melirik Jino yang memasang wajah tak pedulinya. Ya, sedari tadi Jino seolah tak melihat keberadaan Dareen. Padahal jelas-jelas Dareen tengah duduk dihadapannya.
"Kenapa Adel ngga ikut Dar?" kini Izel yang bertanya.
"Dia lagi jagain anak. Lagian gue juga bentar kok kesini cuma kangen sama ponakan gue."
Dareen dan Adel memang telah menikah tepat setahun setelah Vika dan Edgar menikah. Dan abang tirinya itu telah dikarunai dua orang anak yang berumur lima dan tiga tahun.
"Kangen Nana ya om? Kok kangen ngga bawa oleh-oleh sih?"
Dareen mencebik, keponakannya yang satu itu memang selalu blak-blakan.
"Ngga ada oleh-oleh! Kan om ini oleh-olehnya. Ngga bahagia emang dengan cukup liat om?"
"Ya tap--"
"Bahagia apanya, bikin ilang napsu makan sih iya."
Belum saja Nana menyelesaikan ucapannya, Jino langsung memotongnya.
Dareen langsung meletakan sendok dan garpunya, ia melipat kedua lengan kemejanya sampai siku.
"Om ngapain?" tanya Nana hati-hati. Bukannya apa-apa, Nana hanya tak ingin terjadi pertumpahan darah disaat dirinya sedang menikmati sarapan. Walaupun 'pertumpahan darah' yang dimaksud itu hanya adu mulut antara Dareen dan Jino.
"Ini kutu beras emang ngga ada sopan-sopannya ya sama gue. Zel, lo kasih dia makan duit haram ya?"
PLAK!
Izel menggeplak bahu Dareen karena ucapan ngawur Dareen. "Sembarangan kalo ngomong!" sinisnya.
"Ya abisnya, anak lanang lo selalu bikin gue naik darah."
"Cepet periksa ke dokter makanya om, umur kan ngga ada yang tau." Jino kembali menyahuti dengan laga santainya mengunyah makanan.
"Wah emang bener-bener minta di--"
"Om udah kan makannya? Hari ini anterin Nana ke sekolah ya? Biar bunda diem dirumah," tentu itu hanya alasan Nana. Ia tak ingin mendengar perkelahian anggota keluarganya.
"Ck yaudah ayok. Om anterin. Tapi bensinin ya?"
"Allahuakbar sama ponakan perhitungan banget. Bukannya ngasih duit malah minta duit." gerutu Nana yang mau tak mau akhirnya mengiyakan permintaan Dareen.
Setelah berpamitan dengan bunda dan adiknya, Nana menaiki mobil Range Rover hitam milih Dareen.
"Sekolah yang mana nih?" tanya Dareen setelah siap duduk di kursi kemudi. Nana sadar Dareen baru saja menyindirnya. Apalagi kekehan Dareen yang seolah tak merasa bersalah makin membuat Nana menekukan wajahnya.
"Becanda, om udah tau sekolah kamu yang sekarang kok. Kan bunda kamu selalu laporan sama om. Markicaw princess, rasakan sensasi berbeda saat jalan bersamaku."
Nana tergelak, sikap Dareen yang sering bercanda memang selalu bisa menghiburnya.
Keasyikan bercanda bersama, hingga mobil Dareen tak terasa telah sampai di gerbang sekolah Nana.
"Yah, om udah sampe aja. Padahal kan masih pengen ngobrol. Bolos aja yuk?"
Ajakan Nana pada Dareen yang terdengar seperti tengah mengajak temannya bolos langsung mendapat jeweran kecil ditelinga kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BONANZA [Completed]
Teen Fiction[FOLLOW DULU, BEBERAPA PART DI PRIVATE] Family Series : 2nd Disarankan membaca cerita GRIZELLE terlebih dahulu. -- Bonanza Dandil Dimitri, anak sulung dari pasangan Gavandra Adilhaq Dimitri dan Grizelle Danisya Roger yang merupakan gadis pemberontak...