Part 57

21.5K 1.4K 373
                                        

"Bang, lo ngapain disini? Gue udah bilang kan, biar gue sama kak Jihan yang nyari kak Nana." Jino sedikit jengkel karena Fares tak mendengar ucapannya dan malah memaksakan diri untuk datang saat keadaan nya belum cukup pulih.

"Mana si Gio?" Fares bertanya dengan nada dingin, tak menghiraukan Jino sambil berjalan menerobos pintu yang langsung ditahan Jihan.

"Lebih penting kakak gue daripada si bajingan itu, Bang."

Fares baru menyadari keadaan Nana yang sangat dibilang mengkhawatirkan. Tatapan Fares seketika melembut.

"Biar gue yang gendong dia," Fares mengambil alih untuk menggendong Nana, Jino hanya mengangguk dan mereka bertiga memasuki mobil Jino.

Jino dan Jihan duduk di kursi depan, karena Fares yang memaksa dan ingin menemani Nana di kursi belakang.

Sepanjang perjalanan, Fares menepuk pelan pipi Nana, "Bona, please look at me right now." sudah beberapa kali Fares mengajak Nana berbicara, namun gadis itu masih tak merespon walaupun dalam keadaan sadar.

"Nana pasti syok banget Res. Dia ngga baik-baik aja," mata Jihan berkaca-kaca tak tega melihat sahabatnya yang biasanya judes dan ngegas saat berbicara bisa tiba-tiba kaku seperti mayat hidup.

Fares menghela napas, dengan perasaan sedih bercampur marah ia langsung memeluk Nana dan menyenderkan kepala gadis itu di dadanya. Nana masih bergeming walaupun tak menolak sentuhan Fares.

Setelah sampai, Fares langsung menggendong Nana dan masuk ke dalam rumah.

"Bawa langsung aja ke kamarnya Bang. Biar kak Nana langsung istirahat."

Fares mengangguk dan membawa Nana ke kamarnya, disusul oleh langkah Jino dan Jihan yang masih mengkhawatirkan Nana.

"Biar gue ganti baju dia dulu, kalian berdua bisa keluar bentar." Jihan mengambil baju di lemari pakaian Nana lalu menghampiri Nana saat Fares dan Jino menunggu di luar.

"Gue gantiin baju lo ya, Na." saat tangan Jihan akan membuka kancing seragam Nana, tangan Nana langsung menepisnya, "jangan, gue mohon." lirih gadis itu kini dengan air mata yang tumpah juga kedua tangannya yang ikut bergetar takut.

"Na, ini gue Jihan. Liat gue! Lo ngga perlu takut. Ada gue disini." kepala Nana menggeleng, tangisnya makin menjadi.

"Gue, jahat!"

Jihan menggeleng, "lo baik. Lo cewek paling baik. Lo sahabat terbaik gue."

"Gue, jahat!" Nana menenggelamkan kepalanya dikedua lututnya yang ditekuk. Tangannya menjambak rambutnya.

"Na, jangan kayak gini, gue mohon. Kepala lo pusing nantinya." Jihan mencoba melepaskan cengkraman Nana di rambutnya, namun cengkraman Nana terlanjur kuat.

"Gue, jahat!"

"Gue, jahat!"

Dengan sekuat tenaga Jihan menarik paksa dan memegang kedua lengan Nana hingga tatapan mereka bertemu.

"Lo ngga jahat!"

BRUK!

Jihan terjungkal kebelakang karena Nana mendorongnya dengan kencang.

"GUE JAHAT! LO PERGI! JAUH-JAUH DARI GUE!!!"

CEKLEK.

Fares dan Jino yang mendengar teriakan Nana langsung masuk dan menghampiri Nana dengan Jino yang membantu Jihan untuk berdiri.

"PERGI! JAUH-JAUH DARI GUE!" teriak Nana histeris saat melihat Fares mendekat kearahnya.

"Gimana rasanya hampir kehilangan kehilangan orang di hidup lo?"

BONANZA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang