Part 22

19.2K 1.2K 44
                                    

Deru napas terengah-engah baru saja lolos dari mulut Nana.

"Sial!" umpat Nana saat merasakan seluruh badannya nyeri. Jika bukan karena janjinya pada Izel, mungkin keempat cewek tadi sudah Nana buat patah tulang semua.

Dengan kondisinya yang seperti ini, Nana lebih memilih untuk pergi ke UKS. Ia meminta murid yang berpiket menjaga UKS untuk memngobati lukanya. Setelah itu, Nana akan kembali kekelasnya dan mengikuti mata pelajaran walau sudah sangat terlambat.

Namun, saat sedang berjalan di koridor kelas yang kosong, ponselnya bergetar.

Bonanza, lo diem aja di UKS ya.
Gue udah izinin lo sama bu Zaera,
jadi lo ngga perlu masuk. Istirahat baik-baik :") gue sayang lo.

F : sahabat baru bonanza,
Niken cantik

Nana meringis kecil saat membaca pesan dari Niken yang menurutnya sangat teramat narsis. Tapi bagaimanapun Niken hari ini telah membantunya, Nana takan pernah melupakan satu kebaikan orang lain. Ia akan selalu menganggapnya hutang budi, kecuali Fares! Iyalah!

Ngomong-ngomong soal Fares. Nana tiba-tiba melebarkan bola matanya. Jangan sampe Fares tau kejadian pembullyan dirinya barusan. Ia mengetikan sesuatu di ponselnya.

Niken, gue minta lo nanti anterin tas gue ke belakang sekolah. Jangan bilang siapapun!

Nana kemudian sedikit berlari ke gerbang belakang sekolah. Walaupun kakinya masih terasa sakit, tapi ia harus cepat-cepat keluar.

"Jing! Digembok lagi." tak ada cara lain, Nana harus memanjat gerbang sekolah untuk bisa keluar. Ia melihat ke sekitarnya, sepi tak ada orang satupun, dan...

HAP!

Nana melompat dan menggapai besi paling atas dari pagar tersebut. Ia menaikan kaki kanannya lalu memutar tubuhnya dan baru menaikan kaki kirinya. Setelah itu kaki Nana perlahan mencari pijakan untuk bisa turun perlahan, setelah dirasa tak terlalu tinggi ia baru kembali melompat dan mendarat dengan selamat walau sedikit terhuyung karena tubuhnya yang tak seimbang.

Untung hari ini Nana tak membawa kendaraan karena diantar oleh Izel saat berangkat sekolah, jadi ia tak perlu memusingkan hal itu.

Nana melihat warung kecil diujung sebrang dari tempatnya berdiri. Ia tersenyum miring, tebakannya selalu benar. Disetiap belakang bangunan sekolah pasti ada warung yang jadi tempat nongkrong para murid saat pulang sekolah.

Berhubung saat ini belum jam pulang, dan Nana melihat warung itu sangat sepi, ia memutuskan untuk menunggu Niken disana.

"Mau pesen apa neng cantik?" tanya wanita tua yang menghampirinya saat Nana duduk di salah satu bangku warung kecil itu.

"Es jeruk aja satu, nek." wanita tua itu tertawa mendengar ucapan Nana, sedangkan dahi Nana mengernyit bingung, "kenapa nek? Ada yang salah?" tanyanya.

"Engga neng, jangan panggil nenek, panggil enin aja ya? Tunggu sebentar, enin buatin dulu pesenannya." yang lalu dijawab anggukan oleh Nana sambil tersenyum kikuk.

Nana kembali mengecek ponselnya, yang ternyata lowbat dan mati total. Alhasil, ia hanya bisa diam sambil sesekali mengetuk-ngetuk meja karena bosan. Tiba-tiba Nana melihat sesuatu yang bergerak di sebrang kursinya yang hanya terhalang oleh meja panjang.

Nana sedikit mencondongkan badannya kedepan sambil sedikit berdiri untuk melihat, dan ternyata ada seseorang yang berseragam sama dengannya tengah tertidur sambil menutup wajahnya dengan satu lengan.

BONANZA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang