Part 2

31.3K 1.8K 48
                                    

Nana terganggu dengan tepukan pelan dipipinya sedari tadi yang membuat kedua bola matanya perlahan membuka.

"Bangun. Sekolah."

Siapa lagi kalo bukan Fares. Si tuan perintah dan pemaksa.

"Ntar dulu, masih ngantuk." saat Nana akan kembali memejamkan matanya, Fares mencubit pipinya dengan keras.

"Ih bangke! Sakit!"

"Mandi atau gue yang mandiin lo dengan paksa sekarang?"

Mendengar ucapan Fares, Nana langsung mengganti posisinya menjadi duduk dan menyilangkan kedua tangannya didepan dada, kedua bola matanya memincing.

"Awas! Gue mau mandi," ketusnya.

"Gue tunggu dibawah. Tante udah masak buat lo."

"Hm."

Dengan rasa malasnya yang tak kunjung pergi, Nana memaksakan diri untuk bersiap-siap. Dari pada si macan garong itu marah-marah lagi.

Setelah selesai mandi, Nana melihat seragam sekolah barunya yang telah siap diatas kasur lalu memakainya.

Nana bercermin untuk melihat penampilannya. Penampilannya untuk pergi ke sekolah memang tak terlalu ribet seperti cewek pada umumnya.

Ia hanya menggerai rambutnya yang sebahu lalu memakai bedak bayi dan lipbalm agar bibirnya tak terlalu kering. Tak lupa ia menyemprotkan parfume di badannya.

Penampilannya yang sederhana justru mempertegas bahwa wajah Nana memang pada dasarnya cantik alami.

Setelah merasa cukup, ia langsung turun kebawah yang mana bunda dan Fares telah menunggunya.

"Akhirnya kamu turun juga kak. Cepet makan dulu. Bunda juga udah nyiapin bekel makanan buat istirahat di sekolah kamu nanti."

Nana hanya mengangguk dan menuruti sang bunda untuk sarapan terlebih dahulu. Fares hanya diam sambil sesekali memperhatikannya.

"Bun, aku pake mobil sendiri aja ya ke sekolah. Ngga mau bareng Fares."

"Kenapa?" bukan bundanya yang bertanya, melainkan Fares.

"Ya kan lo juga harus jemput kak Gendis lah oncom! Masa pacar lo kagak lo jemput."

"Dia dianter papa nya. Jadi ngga ada alesan buat lo nolak berangkat bareng gue."

Nana tak menjawab, ia hanya mempercepat sarapannya tanda kesal, "pelan-pelan makannya kak." Izel memperingati.

"Udah selesai bun. Kalo gitu Nana berangkat dulu ya?" ia pamit namun tangan kanannya sedikit terangkat dengan posisi telapak tangan diatas.

"Minta uang jajan bun, hehe."

"Dasar. Uang jajan kamu udah bunda titipin Fares. Jadi kalo mau jajan apa-apa kamu tinggal bilang sama Fares."

Mulut Nana menganga lebar. Yang benar saja! Bahkan uang jajannyapun diatur oleh makhluk kutub itu.

"Tap--"

"Udah ayok berangkat. Kita mau telat ini." Fares memotong ucapan Nana sambil menarik kerah belakang seragamnya.

"Tante, Fares sama Bona berangkat dulu ya? Assalamualaikum."

"Hati-hati ya kalian, Walaikumsallam."

Izel tersenyum. Ia sangat bersyukur atas kehadiran Fares yang bisa membantunya dalam mengurus Nana. Sosok yang anaknya butuhkan dalam hidupnya yaitu seorang ayah setidaknya kini telah terisi oleh kehadiran Fares.

Walaupun kekosongan dihatinya seringkali muncul, namun kedua anaknyalah yang menjadi penguat hidupnya.

Izel tak butuh sosok yang lainnya. Ia hanya ingin hidup bahagia dengan anak-anaknya, itu sudah cukup untuknya.

BONANZA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang