"Kumat kan manjanya," Izel menyindir saat melihat anak sulungnya tengah bersandar pada Fares sambil menonton tv.
Nana hanya melirik sekilas tak berniat menjawab, sedangkan Fares hanya terkekeh pelan, "biasa tan, tamunya dateng."
Izel mengangguk lalu membawakan dua cangkir teh hangat untuk Nana dan Fares, "nih, buat kalian."
"Makasih tan," , "makasih bunda." ucap Nana dan Fares bersamaan yang langsung diangguki Izel.
"Bunda tinggal dulu ya, mau rekap pesanan toko," Izel lalu masuk kembali ke kamarnya.
Fares menatap Nana yang sedari tadi diam. Ia hanya mengelus puncak kepala Nana dengan lembut, hingga sesekali mata Nana terpejam seolah menikmatinya.
"Ada yang mau diceritain?" tanya Fares, ia tahu betul ekspresi yang sedang ada di raut wajah Nana saat ini.
Nana yang merasa suasana hatinya sedikit membaik lalu menghembuskan napas, "gue pas lagi makan sama Jihan tadi ketemu ayah." jelasnya. Fares diam tak berniat memotong ucapan Nana sedikitpun, ia hanya memasang telinganya dengan tajam.
"Ayah dateng sama nenek tua, juga tante-tante yang katanya calon istri baru ayah," lanjut Nana.
"Gue kesel banget liatnya Res! Masa ayah mau nikah lagi? Katanya dia mau rujuk sama bunda dan kita bakal jadi keluarga bahagia. Tapi kalo kayak gini, itu semua cuma omong kosong dong?!"
Fares masih mengusap surai lembut Nana dengan ekspresi tenangnya, "lo udah denger penjelasan dari om Andra nya langsung?"
Nana menggeleng sebagai jawaban, "gue kan udah sering ngasih tau, jangan dulu nyimpulin sesuatu kalo lo belum sepenuhnya tau, Bona. Itu bakal bikin pikiran lo kacau."
Nana bungkam, ia memang salah untuk hal itu. Tapi tetap saja, rasa kekhawatiran Nana tentang istri baru ayahnya membuat rasa tak rela itu mendominasi.
Anggap saja Nana egois. Tapi, egois tentang mempertahankan seseorang yang pernah hilang dihidupnya setelah sekian lama itu tak apa bukan?
"Gue takut, Res. Gue takut ayah pergi lagi."
"Itu ngga akan pernah terjadi kok, karena om Andra ngga mungkin ninggalin separuh hidupnya untuk yang kedua kali. Gue percaya itu."
Kata-kata Fares seolah sihir yang langsung membuat ketakutan Nana sirna walau tak sepenuhnya.
"Awas aja kalo beneran ayah mau nikah lagi! Gue bakalan bikin rumah tangga baru mereka hancur!" geramnya yang langsung membuat Fares menggeleng, "kumat, galaknya."
Nana langsung menatap Fares tajam, ia melupakan satu hal, yaitu rasa kesalnya pada Fares yang sempat tertunda.
"Kenapa liatin gue kayak gitu?" satu alis Fares terangkat.
"Gue masih kesel sama lo! Tega banget hukum gue jalan jongkok!" kini raut wajah Nana memberenggut sebal, matanya sedikit berkaca-kaca. Mood tamu bulanannya memang meresahkan.
"Maaf, salah sendiri lebih milih ajakan Gio daripada gue."
Apa-apaan itu? Fares meminta maaf juga menyalahkannya secara bersamaan.
"Ya gue lebih milih yang jomblo lah daripada yang punya pacar. Kan kalo baper ada yang mau tanggung jawab!" sarkas Nana dengan percaya diri yang melambung tinggi.
"Oh ya? Kalo Gio bertanggung jawab, dia ngga akan bikin lo telat masuk sekolah, Bona."
"Jalanan nya yang macet, padahal kita udah lewat jalan pintas. Bukan salah kak Gio dong kalo gitu?"
"Tapi kalo sama gue lo ngga pernah telat sama sekali. Bener kan?" pertanyaan Fares membuat mulut Nana bungkam, namun secepat kilat Nana kembali menyahut, "ya karena kita tetanggaan, jadi jarak lo jemput gue juga deket ngga kaya kak Gio."

KAMU SEDANG MEMBACA
BONANZA [Completed]
Teen Fiction[FOLLOW DULU, BEBERAPA PART DI PRIVATE] Family Series : 2nd Disarankan membaca cerita GRIZELLE terlebih dahulu. -- Bonanza Dandil Dimitri, anak sulung dari pasangan Gavandra Adilhaq Dimitri dan Grizelle Danisya Roger yang merupakan gadis pemberontak...