Nana baru saja selesai latihan basket bersama Niken, juga Gio yang menemani mereka berdua. Setelah selesai mata pelajaran terakhir, Nana dan Niken memutuskan latihan di lapang sekolah mereka karena hari ini tak ada jadwal ekskul. Dan tak berselang lama Gio menyusul keduanya.
"Capek?" tanya Gio sambil menyodorkan sebotol minum pada Nana dan langsung diterima Nana dengan senyum tipis, "makasih kak."
"Enak banget lo ada yang nyodorin minum Na." sindir Niken yang masih menyeka keringat di pelipisnya.
Nana terkekeh lalu memberikan minum yang satunya pada Niken yang langsung diterima dengan cengiran.
Dari posisi duduknya dipinggir lapang Nana dapat melihat Fares yang tengah berjalan di koridor dengan Gendis yang berada disampingnya, penampilan cowok itu tidak bisa dikatakan baik-baik saja bahkan wajahnya terlihat hancur karena babak belur.
Ternyata benar, Andralah yang telah membuat Fares seperti sekarang. Terlalu lama menatap Fares hingga membuat Nana baru menyadari kalau Fares juga tengah membalas tatapannya.
Sedetik kemudian, Nana membuang muka lalu menatap ke arah Gio yang tengah memegang ponsel. Nana menyandarkan kepalanya di bahu tegap Gio. Memejamkan mata untuk sekedar melepas beban yang akhir-akhir ini telah memenuhi kepalanya.
"Gue pamit pulang duluan ya kak, Na, nyokap udah jemput nih."
Mata Nana kembali terbuka lalu mengangguki Niken.
"Hati-hati Ken. Awas nginjek semut." ucap Gio yang diangguki Niken sambil terkekeh dan berlalu pergi.
"Mau pulang?" kini Gio bertanya pada Nana yang masih menyenderkan kepala dibahunya.
Nana menggeleng, "belom mau pulang." lalu membenarkan posisinya dengan menegakan badannya.
"Mikirin apa sih? Bagi-bagi dong, biar gue juga banyak mikir," Gio menyingkirkan anak rambut Nana yang sedikit berantakan.
Nana kembali menggeleng, lalu menarik lengan Gio dan berjalan kearah parkiran melewati koridor, yang mana membuatnya akan bersisihan dengan Fares dan Gendis.
Jemari Nana masih terus berpautan dengan Gio. Hingga saat tatapannya dan Fares kembali bertemu, Nana berpura-pura tak melihatnya.
"Hai Na. Mau balik?" bukan Fares yang bertanya, melainkan Gendis yang tengah tersenyum kearahnya.
Sial!
Mengapa tiba-tiba Nana membenci sifat Gendis yang kini malah terlihat sok baik didepannya.
"Menurut lo?" Gendis sedikit tersentak dengan respon Nana yang tiba-tiba berubah dingin.
Fares yang sedari tadi tak bersuara lalu menarik lengan Gendis dan berjalan menjauh.
Rahang Nana mengatup, hingga tanpa disadarinya Nana meremas tangan Gio yang tengah digenggamnya.
"Kenceng amat neng megangnya, kayak megang senar layangan."
Nana lalu tersadar, "maaf kak, gue ngga sengaja." ujarnya.
Keduanya lalu melanjutkan langkah dan masuk kedalam mobil setelah sampai di parkiran.
"Anterin gue ke rumah Jihan kak. Bisa?" tanya Nana saat mobil Gio keluar dari pelataran sekolahnya.
"Ah ya, tentu. Lo tunjukin aja arah jalannya."
Dan setelah itu tak ada percakapan lagi diantara Gio dan Nana. Lebih tepatnya Gio yang tak ingin menganggu Nana yang tengah asyik dengan lamunannya.
Sedangkan ditempat lain, Fares dan Gendis saling melempar tatapan. Gendis yang gregetan karena Fares belum mau berbicara akhirnya memilih memulai bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
BONANZA [Completed]
Teen Fiction[FOLLOW DULU, BEBERAPA PART DI PRIVATE] Family Series : 2nd Disarankan membaca cerita GRIZELLE terlebih dahulu. -- Bonanza Dandil Dimitri, anak sulung dari pasangan Gavandra Adilhaq Dimitri dan Grizelle Danisya Roger yang merupakan gadis pemberontak...