"Balikin hp gue kak!" Jino masih merebut ponselnya yang tengah dipegang Nana. Bisa saja Jino langsung merampasnya, tapi ia sangat malas karena Nana memang berniat mengusilinya dengan sengaja.
"Dek, kontak lo ngga ada ceweknya gitu?" tanya Nana yang mengotak-atik roomchat Jino yang malah penuh dengan grup dan chat teman-teman cowoknya.
Jino berdecak, "mau ngapain sih lo? Ngga jelas!"
"Heh! Muka lo ngga jelek-jelek banget tau, bisa aja lo punya pacar. Atau jangan-jangan lo ngga tertarik sama cewek? Dek, lo normal kan?" Nana menatapnya horror. Ia memang seringkali heran dengan sifat adiknya yang terlalu lempeng, jika disinggung soal cewek siapa yang sedang disukainya, adiknya itu malah terlihat kesal.
"Gue normal, ngga usah mikir aneh-aneh!"
Mata Nana mengerling jahil, "oh ya? Kalo gitu cerita dong, apa lo pernah suka sama seseorang?"
"Lo kenapa sih nanya-nanya itu terus? Lagian gue masih SMP, fokus gue cuma belajar sama main. Udah," nahkan, Jino ini memang sangat aneh dimata Nana. Sempat sekali Nana melihat cewek cantik yang merupakan teman sekolah Jino terjatuh karena Jino sedikit mendorongnya, ia beralasan kalau cewek itu centil dan selalu mengekorinya.
Ponsel Nana tiba-tuba bergetar, ia melihat satu chat masuk dari Fares.
Jangan begadang.
Besok gue jemput ke sekolah.
Night, Bona.Nana tak berniat membalasnya, ia kembali menaruh ponselnya diatas meja lalu melanjutkan acara mengotak-atik ponsel Jino.
"Bunda pulang," Izel yang baru saja tiba saat jam menunjukan pukul sepuluh malam. Nana memang berniat menunggu bundanya pulang setelah selesai mandi.
"Bunda darimana aja?" tanya Nana penasaran, ia lalu mendekat kearah Izel lalu memeluknya.
Izel tersenyum lalu membalas pelukan Nana sambil menepuknya pelan, "bunda abis dari toko, sama tadi mampir dulu ke rumah om Dareen. Kata om Dareen kapan-kapan kalian main ke rumahnya."
"Males," Jino yang hanya menjawab demikian membuat Izel dan Nana saling melempar tatapan.
"Kenapa emangnya dek?" tanya Izel penasaran, yang dijawab Jino dengan tampang tak bersalah, "om Dareen usil bun, udah tua juga bukannya tobat."
Nana tergelak, sedangkan Izel menggeleng heran, "gimanapun juga dia om kamu tau dek."
Izel memang heran, tak hanya Nana yang selalu ribut jika bertemu Vika, Jino bahkan sering adu fisik jika bertemu Dareen, karena Dareen seringkali mengusilinya sampai kesal.
"Bun, masa ya isi roomchat Jino cowok semua sih," adu Nana setengah berbisik pada Izel, Izel sendiri tentu sangat paham arah pembicaraan anak sulungnya itu, "yaudah sih kak, Jino tuh ngga kayak kamu yang heboh kalo jomblo. Lagian Jino kan masih SMP juga, belum saatnya pacar-pacaran," Izel menyolek hidung Nana gemas.
"Denger tuh kuda nil!" timpal Jino dengan nada yang meremehkan, jika sudah begini, Nanalah ang menjadi kesal.
"Lagian inget ya kak, bunda masih mantau kamu sekolah. Ini peringatan terakhir buat kamu. Kalo sampe sakali lagi kamu berantem sama temen sekolah kamu, bunda ngga main-main buat maksa kamu home schooling aja."
Nana mengangguk antusias, setidaknya ia mendapat saty kesempatan lagi untuk bersekolah seperti biasa.
"Makasih bundaku sayang, Nana juga mau bilang makasih buat ayah," Nana kembali memeluk Izel.
"Fares yang udah berhasil bujuk bunda, bukan ayah kamu." Izel menjawab sambil berlalu ke kamarnya untuk pergi membersihkan diri.
Nana mengerjapkan matanya beberapa kali.

KAMU SEDANG MEMBACA
BONANZA [Completed]
Jugendliteratur[FOLLOW DULU, BEBERAPA PART DI PRIVATE] Family Series : 2nd Disarankan membaca cerita GRIZELLE terlebih dahulu. -- Bonanza Dandil Dimitri, anak sulung dari pasangan Gavandra Adilhaq Dimitri dan Grizelle Danisya Roger yang merupakan gadis pemberontak...