"Katanya mau ngasih gue menang, taik lo!" sembur Jihan saat keduanya telah sampai di garis finish. Tak perlu ditanya lagi, tentu Nana lah yang memenangkan balapan mereka.
"Dih dih, katanya tadi lo bilang ngga perlu. Yaudahlah sabar aja Han, gimana ya lagian kemenangan selalu berpihak di gue," ucap Nana dengan nada sombong yang membuat Jihan ingin meludahinya saat itu juga,
Untung temen! Batinnya.
"Nih, thank you adek." ucap Nana saat menyerahkan kuncinya pada Jino.
"Lo balik sana, ntar dicariin bunda." jawab Jino dengan nada memerintah.
"Ck, bawel! Iya gue balik. Minta duit dong dek, dompet gue ketinggalan dirumah Jihan."
Jino mengambil dompet disaku seragam sekolah yang masih dikenakannya yang kemudian direbut Nana dengan sengaja. Nana mengambil uang berwarna merah sebanyak lima lembar dan menyerahkan kembali dompet itu pada pemiliknya, "makasih ya adek, love you!" Nana mengecup pipi Jino lalu menepuknya pelan. Setelah itu, Nana pergi disusul oleh Jihan dibelakangnya.
Hal tersebut sontak mendapat sorakan dari teman-teman Jino yang sedari tadi hanya bisa melihat mereka. Sedangkan Jihan hanya berdecih, ia sudah biasa melihat hal itu.
"Yuk kita jajan Han, gue traktir lo deh karena gue menang."
"Duit dapet malak aja bangga!" jawab Jihan sarkas, namun Nana malah terkekeh, "yang penting halal cuy!"
"Duitnya halal, tapi cara dapetinnya ngga halal."
"Udah deh, mending sekarang kita makan yang banyak! Udah ayok!"
Nana kembali mengendarai motor Jihan menuju ke resto masakan padang kesukaannya.
"Lo ngga nanya gue mau makan apa gitu? Maen bawa-bawa kesini aja." ucap Jihan setelah melepas helm dikepalanya.
"Ngapain, kan gue yang traktir lo, jadi ngga usah bawel!" Nana menarik lengan Jihan dan memilih tempat duduk di tengah-tengah.
Mereka tak perlu memesan menu, karena semua menu akan dihidangkan di meja, mereka berdua bebas memilih menu yang akan dimakan, dan membayarnya sesuai itu.
"Silahkan, selamat menikmati," ucap pramusaji wanita sambil tersenyum, setelah selesai menghidangkan makanan yang dibawa dinampannya.
Nana dan Jihan hanya mengangguk dan tersenyum singkat."Lo mau nimbun lemak?" tanya Jihan saat melihat Nana mengambil berbagai macam menu masakan padang tanpa berpikir.
"Makan beginian sesekali ngga akan bikin badan gue kaya sumo, Han. Tenang aja. Mending sekarang kita nikmati apa yang didepan mata. Kalo lo masih protes, gue siram ya?!"
Tanpa ingin berdebat, Jihan akhirnya diam dan menyantap makanannya. Ia hanya mengambil satu ayam bakar, perkedel, telur dadar dan sambal. Berbeda dengan Nana yang sedang memakan rendang, kikil, paru, serta yang lainnya dengan lahap.
"Kenyang banget gueee..." Nana memegang perutnya yang terasa penuh, dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.
"Mampus!" ejek Jihan dengan puas.
Nana hanya mengerucutkan bibirnya, namun matanya menangkap tiga orang yang baru saja tiba dan duduk dikursi ujung resto.
"Ayah?" gumam Nana pelan, namun Jihan masih bisa mendengarnya, Jihan langsung mengikuti arah pandang Nana.
"Iya, itu bokap lo Na. Sama siapa dia?" tanya Jihan penasaran.
"Sama nenek tua, yang satu lagi gue ngga tau." jawab Nana jujur, ia masih ingat wajah nenek tua yang pernah Andra kenalkan padanya, namun wajah seorang wanita yang duduk disamping Andra baru pertama kali Nana melihatnya. Wanita dengan setelan formal dan polesan make up diwajah yang bisa dibilang cantik.

KAMU SEDANG MEMBACA
BONANZA [Completed]
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU, BEBERAPA PART DI PRIVATE] Family Series : 2nd Disarankan membaca cerita GRIZELLE terlebih dahulu. -- Bonanza Dandil Dimitri, anak sulung dari pasangan Gavandra Adilhaq Dimitri dan Grizelle Danisya Roger yang merupakan gadis pemberontak...