DUK
"Awwsh sakit anying!" teriak Jihan karena sebuah bola menghantam kepala belakangnya. Tak perlu melihat siapa pelaku pelempar bola itu, seratus persen Jihan sudah sangat tahu, Nana.
"Temen lucknut lo! Ninggalin gue pas lagi ngga sadar." omel Nana yang langsung menghampiri Jihan.
Mereka berdua tengah berada di lapangan basket tempat mereka latihan seperti biasa. Sepulang sekolah tadi, Nana dan Jihan janjian di tempat ini.
"Wah bener-bener lo emang! Demi Tuhan gue ngga ninggalin lo nyet. Gue bawa lo balik ke rumah, tapi pas dijalan kita di cegat sama dua cowok gila yang bikin akhirnya gue adu jotos sama mereka. Dan pas gue lagi banjir keringet lagi mukulin cowok-cowok itu, lo malah berbuat hal yang bikin jantung gue mau copot!"
Dahi Nana mengernyit, ia mencoba mengingat apa yang terjadi kemarin malam. Tapi nihil, Nana benar-benar tak bisa mengingatnya.
"Gue ngga inget Han."
"Makanya jangan nuduh gue kalo lo sendiri ngga inget apa-apa! Lo tau, lo itu hampir ketabrak mobil tau ngga?! Tapi ternyata, mobil itu tiba-tiba berhenti tepat dipinggir lo. Dan lo tau siapa orang uang keluar dari mobil itu?"
Nana menggedikan bahunya, "lo nanya sama gue mulu. Kan udah gue bilang kalo gue ngga inget apapun."
Jihan menepuk kepalanya pelan, "Tuan G.A.Dimitri, gue curiga itu ayah lo kan Na?"
Sebelum menjawab, Nana mengambil bola yang dipegang Jihan lalu mendribblenya dengan pelan dan memasukannya kedalam ring yang menggantung di tembok.
"Hm, dia bokap gue Han."
Mulut Jihan menganga, "serius lo?! Anjir! Gilak! Bokap lo cakep banget Na. Gue mau dong jadi ibu sambung lo."
Nana tersenyum garing, "apa Han? Lo mau gue lempar bola lagi? Oke bent--"
"Eh kagak! Gue becanda elah. Lo baperan amat."
Walaupun Nana sudah tau kalau Jihan hanya becanda, tapi ia memang suka sekali mengusili Jihan.
Tangan Jihan memberi kode agar Nana mengoper bola kepadanya, dan
HAP!
Jihan berhasil menangkapnya dan memasukannya kedalam ring. Mereka mengobrol sambil bermain basket.
"Gimana perasaan lo Na? Seneng?"
"Awalnya ngga. Tapi gue ngga munafik, rasa bahagia itu gue bisa rasain Han. Bahagia yang belum pernah gue dapet dan ternyata seindah ini."
"Gue turut bahagia kalo gitu. Terus gimana dengan bunda lo Na?"
Jihan memang sudah tau semua kisah hidup Nana tanpa terkecuali. Mereka bersahabat bukan dalam kurun waktu yang sebentar. Bahkan bisa dibilang waktu kenal Nana dengan Jihan hanya berbeda beberapa tahun dibandingkan dengan Fares. Itulah sebabnya Nana sangat amat terbuka ketika bercerita dengan Jihan.
"Gue belum nanya bunda soal itu."
"Apa lo berharap kalo bokap nyokap lo bisa rujuk?"
Nana terdiam, ia memilih untuk duduk dan mengatur napas nya yang terengah dan mengusap keringat di dahinya. Tak lama Jihan juga ikut duduk disamping Nana.
"Gue ngga tau Han. Lo tau sendiri kan? Kalo gue belum bener-bener tau semua penyebab tentang ketidak utuhan keluarga gue. Tapi dilubuk hati gue, gue pengen mereka selalu ada buat gue dan Jino. Cuma itu."
Jihan mengusap pelan bahu Nana, "gue yakin kok, kalo emang bokap nyokap lo masih saling sayang, ngga menutup kemungkinan kalo mereka bakal rujuk lagi. Dan lo sebagai anak mungkin bisa bantu dengan menjadi penghubung keduanya."

KAMU SEDANG MEMBACA
BONANZA [Completed]
Ficção Adolescente[FOLLOW DULU, BEBERAPA PART DI PRIVATE] Family Series : 2nd Disarankan membaca cerita GRIZELLE terlebih dahulu. -- Bonanza Dandil Dimitri, anak sulung dari pasangan Gavandra Adilhaq Dimitri dan Grizelle Danisya Roger yang merupakan gadis pemberontak...