Fares menutup pintu kamar Gendis setelah ia mengobati luka di pergelangan tangan Gendis yang saat ini masih tertidur.
Saat melewati ruang tamu, Fares melihat Gion--papa Gendis yang tengah duduk sambil menatapnya.
"Duduk." ucapnya pada Fares.
Fares menurut dan langsung duduk tepat dihadapan Gion.
"Jelaskan."
Sebelum bersuara, terdengar helaan napas dari mulut Fares.
"Dia nyoba bunuh diri."
"Karena?"
"Karena saya mutusin dia, om."
"Kenapa?"
"Saya ngga mencintai anak om. Om juga tau soal itu."
"Lalu?"
Fares mengernyit, "lalu? Lalu apanya yang om maksud?"
"Jadi kamu mau nyingkirin anak saya sekarang? Dan ngejar orang yang kamu cintai?"
"Saya ngga lupa soal janji saya yang akan jagain Gendis. Tapi saya ngga bisa terus-terusan di posisi ini."
"Tapi anak saya cuma mau dengan kamu. Kamu lupa? Penyakit anak saya sudah sangat parah. Dia harus semakin rutin buat cuci darah karena ginjalnya udah rusak. Yang bisa buat dia bertahan sampai saat ini adalah semangat dan motivasinya. Dan kamu motivasinya dia untuk bertahan."
"Saya tau om. Sangat teramat tau untuk itu. Tapi semua ini salah. Saya ngga bisa."
Fares dapat melihat rahang tegas itu mengeras, "apa yang kamu minta? Saya bisa penuhi semuanya. Kecuali dengan meninggalkan anak saya."
"Sudah berapa kali saya bilang om, saya ngga akan ninggalin Gendis."
"Tapi dengan kamu memutuskan anak saya, sama saja dengan kamu akan meninggalkan dia pelan-pelan."
"Terserah om. Yang jelas saya udah ngga bisa jadi pacar anak om lagi."
Fares berdiri lalu keluar dari rumah Gendis dengan perasaan yang berkecamuk, seperti kemarin-kemarin.
Satu masalah belum selesai, malah membuat masalah lain ikut bermunculan. Tapi untuk kali ini, Fares tak akan tinggal diam. Tak akan lagi pasrah dengan keadaan dan terus-terusan mengabaikan perasaannya sendiri.
Fares memutuskan untuk pulang kerumah, namun sebelum itu ia akan menemui Nana kerumahnya.
Dan saat ini, mobilnya telah berada di depan rumah Nana. Fares membuka gerbang rumah luas itu, dan langsung menuju pintu utama untuk menekan bel.
CEKLEK.
Bukan orang yang diharapkannya yang membuka pintu, melainkan Izel yang sedikit kaget dengan kedatangannya.
"Eh, Res. Masuk masuk." Izel memundurkan langkahnya dan mempersilahkan Fares untuk masuk dan duduk.
"Nyariin Nana?" tebak Izel yang langsung diangguki Fares.
"Tante udah tau semuanya Res." tambahnya.
Pernyataan Izel tak lantas membuat Fares kaget, karena ia sudah bisa memprediksinya.
"Maaf, tante." hanya kalimat itu yang bisa Fares ucapkan sekarang.
"Kenapa harus minta maaf? Tante malah berterimakasih banget sama kamu, Res. Dan harusnya tante yang minta maaf, karena om Andra udah bikin kamu jadi kayak gini."
Fares paham dengan 'kayak gini' yang Izel maksud, yaitu tentang Andra yang telah membuatnya babak belur.
"Apapun yang dia bilang sama kamu, jangan diambil hati ya Res? Anggap aja itu cuma sebuah kekesalan seorang ayah karena liat anaknya sedih."

KAMU SEDANG MEMBACA
BONANZA [Completed]
Roman pour Adolescents[FOLLOW DULU, BEBERAPA PART DI PRIVATE] Family Series : 2nd Disarankan membaca cerita GRIZELLE terlebih dahulu. -- Bonanza Dandil Dimitri, anak sulung dari pasangan Gavandra Adilhaq Dimitri dan Grizelle Danisya Roger yang merupakan gadis pemberontak...