『TLIW//47』

107 27 5
                                    

"Anjir, gue ketiduran lagi!" Araya langsung mengemasi alat tulisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anjir, gue ketiduran lagi!" Araya langsung mengemasi alat tulisnya. Memasukannya ke dalam tas. Ia tidak tahu kenapa akhir-akhir ini ia menjadi pemalas. Apalagi sering tidur saat guru menjelaskan.

"Yah, udah jam tiga! Pasti udah sepi banget!" Gadis itu berjalan tergesa-gesa di koridor.

"Berhenti lo!" Araya menghentikan langkahnya. Tapi seharusnya ia tak melakukan ini, seharusnya ia tetap berlari menuju gerbang depan.

Seseorang membekap mulutnya dari belakang, membawanya menuju gudang sekolah.

Araya yakin dirinya sudah tak sadarkan diri. Ia tak bisa merasakan apapun di sekitarnya. Gelap dan pengap. Tapi tangannya terikat, Araya merasakannya. Syukurlah ia masih sadar.

"Nggak hanya tangan, kaki gue juga diikat astaga! Kurang kerjaan banget tuh orang—tunggu, siapa yang lakuin ini ke gue?" Araya bermonolog.

Ia tahu ia tak perlu berteriak meminta tolong. Karena pertama, seluruh siswa sudah meninggalkan sekolah dan kedua, gudang ini terletak jauh di belakang gedung.

Meskipun begitu tetap saja Araya merasakan panik. Ia menderita Phasmophobia, ketakutan akan bayangan hantu-hantu, Araya juga takut akan gelap. Ya, Araya percaya hantu itu tidak ada. Tapi jika keadaan gelap seperti ini, ia selalu merasa takut.

Araya memejamkan matanya saat melihat bayangan seseorang mendekat. Semoga saja itu bukan hantu.

"Kenapa Enzo tadi berbuat gitu sama gue, itu semua gara-gara lo!"

Byurr!!

Araya merasakan basah disekujur tubuhnya. Ruangan ini masih tetap gelap, tapi ia yakin yang melakukan semua ini adalah Mia. Lagi dan lagi ia selalu menjadi sasaran gadis Medusa itu.

Araya yakin, Mia menggunakan air bekas pel lantai, sangat bau dan menjijikkan.

"Gimana jadinya kalau seorang Araya yang dipermalukan di depan umum seperti tadi siang?" Kemudian Mia tertawa jahat.

Araya hanya diam. Ia malas berdebat dengan Mia.

"Kenapa diam?!"

"Lo udah mati?"

"Emang harusnya lo itu mati!"

Mia mendekat, Araya merasakannya. Gadis itu memundurkan tubuhnya dengan menggerakan punggungnya.

Ia tidak mau Mia membunuhnya lalu menjadi hantu penunggu gudang sekolah. Tidak. Araya tidak rela mati di tangan Mia.

"Hahahah!" Mia memundurkan dirinya.

Araya langsung menghembuskan napas lega.

"Gue benci banget sama lo!" Mia mendekat lagi. Menginjakkan kakinya pada kaki Araya.

Araya meringis, sangat sakit.

"Gue benci banget sama lo!" Kali ini tangan gadis itu menampar pipi Araya yang masih sakit.

THE LOVE I WANT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang