『TLIW//34』

102 27 2
                                    

Araya mengelap peluhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Araya mengelap peluhnya. Udara sangat panas siang ini. Ditambah ia baru saja menyelesaikan hukumannya. Gadis itu meneguk air mineral yang Gita berikan hingga habis.

Tiba-tiba kepalanya pusing. Pandangannya berkunang-kunang. Oh, jangan lagi. Ia tak ingin pingsan saat ini.

"Ra? Nih buat lo." Gita meletakkan sebungkus roti kepada Araya yang duduk di tepi lapangan.

Beruntung Gita segera datang.

"Makasih, Git."

"Eh, bukan dari gue. Gue cuma nyampein aja," ucap Gita setelahnya.

"Terus?" tanya Araya bingung, ia melanjutkan memakan roti tersebut.

"Dari Erick. Dia ada urusan sama Bu Feli, jadi dititipin sama gue."

Uhuk-uhuk!

Araya tersedak. Erick? Kenapa laki-laki itu malah bertindak seperti ini? Bukannya dengan ia mendekati Araya malah membuat semua semakin salah paham?

"Ih, lo minum dulu gih!" Gita membukakan tutup botol Araya.

"Udah habis, anjir!" lanjut gadis itu menyadari kebodohannya.

"Eh, ngomong-ngomong, lo ada hubungan apa sih sama Erick? Gue perhatiin, makin hari kalian makin deket aja," tanya Gita dengan penuh rasa ingin tahu.

"Dia itu ... lo jangan cerita sama siapa-siapa ya?"

"Iya-iya, buruan elah! Lo ada hubungan apa?!"

"Sabar dong. Jadi, sebenernya gue sama Erick itu udah temenan waktu kecil. Dia temen TK gue," jelas Araya membuat Gita terkejut bukan main.

"Ja-ja-jadi, kaya Dheazka gitu dong?" heboh Gita dengan suara maha dahsyatnya.

"Diem anjir! Bukanlah, gue sama Erick saling kenal. Dia itu dulu gendut banget loh Git. Tapi gue nggak tahu kenapa dia bisa cungkring kek cacing gitu!" Araya membekap mulut Gita, mulai menjelaskan bagaimana Erick waktu kecil.

"Udah gue duga ada sesuatu yang kalian sembunyiin, ternyata benar! Terus, gimana lo sama Reiga? Masih aman kan?" Gita mengalihkan pembicaraan.

Araya menelan gigitan roti terakhir yang baru saja ia kunyah.

"Emm, ya gitu. Biasa aja. Kak Reiga selalu sibuk, dan gue cuma bisa nunggu dia free. Selain waktu dia pulang dari Bali itu, kita belum pernah jalan lagi," ucap Araya dengan frustasi. Ia tak dapat membayangkan hubungannya dengan Reiga ke depan bagaimana.

"Lo sabar aja, Ra. Udah gue bilangin juga, biar Reiga itu nggak deket-deket sama—" Gita menepuk mulutnya kemudian. Gawat, ia hampir saja keceplosan. Bagaimana jika ia tadi benar-benar menyebutkan maksudnya? Patah sudah hati Araya.

"Sama siapa?" tanya Araya yang merasa aneh dengan ucapan Gita.

"Sama ... Kak Sasha! Iya, Kak Sasha! Kan mereka sama-sama ketua basket, pasti banyak yang diurus! Ahahaha, iya itu maksud gue," ucap Gita tak jelas. Padahal Sasha yang dimaksud adalah sekretaris OSIS.

THE LOVE I WANT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang