『TLIW//77』

86 18 16
                                    

❝Mari ukir langit malam tanpa bintang.


Masih ada dua bulan waktu Araya di Bangkok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih ada dua bulan waktu Araya di Bangkok. Selama itu juga juga semakin merindukan sosok Dheazka di sisinya. Tak pernah terlewatkan satu hari pun mereka saling menyapa lewat telepon.

Dan Araya merasa sangat senang saat ini. Karena Dheazka bilang, dia akan berangkat juga ke Bangkok untuk menemuinya. Perusahaannya sedang stabil, jadi ia bisa meninggalkannya untuk beberapa waktu.

Dheazka bahkan menyewa apartemen bersebelahan dengan Araya. Bagaimana Araya tidak senang?

Wanita itu menyesap kopi paginya. Ia tidak akan pergi ke mana-mana untuk hari ini. Namun, ia tetap berdandan seperti biasanya, karena Dheazka akan tiba sore nanti.

Usianya sudah genap dua puluh lima tahun tiga bulan yang lalu. Kini, Araya menikmati akhir Desember dengan berlama-lama di negeri seribu pagoda ini.

Dheazka juga bilang jika mereka akan merayakan tahun baru bersama dan kembali ke Indonesia bersama. Jadi, dua bulan di sini dan bulan-bulan seterusnya, ia terus bersama dengan pria yang ia cintai.

Araya membuka kulkas, melihat apakah ada yang bisa dimakan untuk pagi ini. Namun sayang, Araya memilih untuk pergi keluar.

Kejadian beberapa bulan lalu, tak lama setelah itu Dheazka mengirimnya uang. Padahal sama sekali Araya tidak membutuhkannya. Katanya untuk mengganti uang yang dicuri. Padahal Dheazka menggantinya lima kali lipat sekaligus. Iya, sultan mah beda.

Langkah kakinya melaju menyeberangi jalan menuju kafe di seberang. Ia memesan satu porsi tom yam untuk dibawa pulang.

Sembari menunggu, ia duduk di meja yang dekat dengan jendela. Udara sangat panas, Araya mengeluarkan cermin kecil dari tasnya untuk merapikan rambutnya yang berantakan.

Di pantulan kaca itu, Araya dapat melihat bayang sosok Dheazka sedang berdiri jauh di belakangnya. Araya terkekeh kecil, itu tidak mungkin. Ia mengusap permukaan cermin, berharap bayang-bayang itu hilang.

Namun, tidak! Sosok itu malah semakin mendekat dan akhirnya terlihat sangat jelas dan besar. Kini, Araya menoleh pada pria yang berdiri di seberangnya.

Tangannya meraba jendela kaca, tepatnya pada wajah Dheazka. Ini benar-benar Dheazka!

Sontak, ia berlari keluar dan memeluk sosok itu erat. Tak lupa, ia memukuli Dheazka. "Katanya nanti sore! Kenapa sekarang datangnya?!"

Dheazka tergelak. "Jadi, kamu tidak suka aku datang lebih cepat?"

Wajah wanita itu sebenarnya bahagia, namun terlihat juga semburat kesal di sana. "Bukan gitu, harusnya kamu kasih kabar dong! Tahu begini, aku kan bisa dandan cantik!"

Mata Dheazka menjelajahi tubuh Araya dari atas hingga bawah. Ia tertawa melihat penampilan Araya saat ini.

"Salah siapa memakai kaos lengan pendek saat keluar," selanya masih dengan tawa yang mengiringi.

THE LOVE I WANT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang