『TLIW//48』

92 25 6
                                    

Ruangan ini benar-benar terang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruangan ini benar-benar terang. Itu yang Araya rasakan saat ini. Aroma antibiotik yang begitu menyengat hidungnya, tidak membuatnya bodoh untuk mengira bahwa ia berada di rumah sakit.

Begitu membuka mata, yang Araya rasakan hanya sakit di bagian wajahnya. Terutama pipi kanannya.

Araya sempat melirik selang infus yang terdapat di lengan kirinya. Jadi, ia akan menggunakan tangan kanan untuk—tunggu! Tangan kanan Araya tengah digenggam oleh seseorang yang tertidur sembari duduk di kursi samping ranjang.

Perlahan Araya melepaskannya. Ternyata Reiga datang menjenguknya dan rela sampai tertidur.

"Kak Reiga pasti nunggu gue dari semalem."

Wait.













































Reiga?


































Siapa yang menolongnya semalam? Laki-laki itu menyelamatkannya lalu memeluknya erat.

"Lo udah bangun?"

Araya tercengang melihat laki-laki ini mendongak.

"Lo bukan ....?"

"Iya. Reiga yang nyelamatin elo."

Araya langsung mendengus. Beruntung Dheazka jujur padanya. Tapi mengapa rasanya aneh sekali? Aroma laki-laki itu semalam jauh berbeda dari Reiga. Apalagi Araya mengenakan jaketnya semalam.

"Terus, kenapa lo yang di sini? Kenapa bukan Kak Reiga aja?" Araya melihat sekeliling ruangan. Dan tatapannya jatuh pada jaket hitam yang tersampir di sofa. Itu jaket yang ia kenakan semalam.

"Itu jaket Kak Reiga kan?" tanya Araya memastikan.

"Ck." Dheazka mendecak kesal. Ia berjalan keluar dari ruangan Araya tanpa mengatakan sepatah kata apapun.

Di koridor, ia bertemu dengan Lizana. Wanita iu menghentikan langkahnya yang terburu-buru.

"Loh, Enzo? Bagaimana dengan Araya? Beruntung aku hanya tinggal sebentar."

"Araya sudah bangun." Dheazka memasang muka datarnya. Ia tetap berjalan menuju tempat parkir untuk mengambil motornya.

Kenapa semakin rumit seperti ini? Apa di sini ia yang bersalah atau Araya yang tidak pernah peka dengan perasannya?

Kenapa Araya malah menyebutkan laki-laki lain-- meski Reiga benar adalah pacarnya--sedangkan di depannya adalah Dheazka?

Lalu kenapa Araya malah mengira Reiga yang menyelamatkannya, padahal Dheazka rela lengannya sakit demi menyelamatkan gadis itu?

"Seharusnya gue yang gila mikirin lo!" Laki-laki itu menendang kerikil, dan mendarat tepat di kening seorang kakek yang sedang duduk di kursi roda.

THE LOVE I WANT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang