Percayalah, jika cinta itu ada.
『TLIW//19』"Ra, andai lo tau. Gue ingin waktu berhenti sekarang. Biarin gue terus bersama lo, meluk lo kaya gini, merasakan ciuman nakal yang lo kasih. Ra, gue beneran sayang sama lo, sampai kapanpun. Gue nggak bakal biarin lelaki manapun nyakitin lo, termasuk gue, Ra. Gue janji. Gue cuma pengen sama lo, karena gue cintanya sama lo," ucap Dheazka dalam hati sebelum laki-laki itu merasakan pukulan hebat di punggungnya.
Araya terkejut ketika tak sengaja Dheazka menggigit bibirnya, laki-laki itu membulatkan matanya, kemudian Araya yang terkejut karena tubuh Dheazka tiba-tiba ambruk menimpa tubuhnya.
Bukan, tapi terkejut melihat Om Raymond yang baru saja memukul Dheazka.
"Om?!" Mata Araya berkaca-kaca, gadis itu masih berusaha menyangga tubuh Dheazka dengan tangannya.
"Bawa dia ke kursi itu. Sekarang kamu ikut Om!" Raymond membuang balok kayu ke sembarang arah, kemudian mengambil alih Dheazka yang tak sadarkan diri.
"Om! Om apa-apaan sih!" Araya meraih lengan Dheazka, mengalungkannya di pundaknya dan membawanya berlari menuju rumah.
"YAYA, KAMU JANGAN GILA!"
Araya mengabaikan teriakan Raymond, gadis itu berjalan dengan susah payah sambil membawa Dheazka. Air matanya sejak tadi tak berhenti mengalir membanjiri pipinya.
"Pak Bimo! Bi Mira!" teriak Araya ketika sudah sampai di depan gerbang rumahnya yang tertutup.
"Pak Bimo!" teriak Araya lagi saat gerbang tak kunjung dibuka.
"Iya sebentar!" Araya menoleh ke barat, Raymond berlari mengikutinya. Araya harus cepat-cepat masuk dan mengunci rumahnya.
Saat Pak Bimo sudah membuka gerbang, Araya langsung mengalungkan lengan Dheazka kepada Pak Bimo. Kemudian mengunci pintu gerbang rumahnya.
"Pak, tolong bantu Araya bawa masuk ke dalam!" Araya mengambil lengan kanan Dheazka, mengalungkannya di bahunya dan membawanya masuk dibantu Pak Bimo.
"Ini siapa to? Kok seperti pernah lihat, tapi di mana ya?" tanya Pak Bimo keheranan saat membantu Araya merebahkan laki-laki yang majikannya ini bawa.
"Temen Araya Pak, udah sekarang bantuin Araya lepas jaketnya!" Araya membuka jaket Dheazka, kemudian berlari ke dapur menemui Bi Mira.
"Bi, cepet bantu Araya! Ayo ke depan Bi!" Gadis itu menarik Bi Mira yang baru saja selesai mencuci piring.
"Eh, ada apa?" Bi Mira hanya mengikuti Araya, kemudian ia terkejut ketika mendapati laki-laki yang tak asing sedang terbaring lemah di sofa.
"Ini si cucu pemilik sekolah itu kan?" Bi Mira mendekati Dheazka, mengibaskan tangannya di depan wajah Dheazka.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LOVE I WANT ✓
Fiksi UmumTHE LOVE I WANT || TAMAT || PART LENGKAP ✓ --- ❝Cinta yang aku inginkan, aku hanya menemukannya di dalam dirimu. Dan cinta yang kamu berikan menjadi cinta yang aku butuhkan selama ini. Tidak ada satupun orang yang mampu membuatku tertawa dan menangi...