"Ini kuncinya, semoga betah ya." Kalimat dari wanita akhir lima puluhan itu masih berputar di kepalanya.
Araya duduk di kursi dengan meja belajar yang di atasnya terdapat rak buku kecil.
"Di kamar sebelah itu ada Venty, dia siswa di SMA Ginapatih. Di sebelah Venty ada Mario, mahasiswa fikom di Universitas Adiwastra." Kalimat ramah itu terdengar kembali di kepala Araya.
Besok adalah hari Minggu, Araya akan menyapa tetangga barunya. Ia ingin menjadi pendatang baru yang ramah. Araya juga membeli beberapa makanan ringan untuk buah tangan.
Penampilan Araya juga jauh berbeda dari biasanya, ia hanya mengenakan celana panjang dengan garis putih di samping dan sweater berwarna kuning muda. Araya juga memotong rambutnya menjadi sebahu.
Untuk persoalan masak, mencuci dan lain sebagainya, Araya bisa mencari bantuan di Google.
Tapi, yang Araya bingungkan adalah tadi Bu Sukma tidak memberitahu biaya satu bulannya. Mungkin besok, pikirnya.
Tok! Tok! Tok!
Araya terkejut ada yang mengetuk pintu. Dia berjalan membukanya.
"Wah, cantik banget!" seru seorang gadis yang sepertinya seumuran dengannya. Di samping gadis tersebut ada laki-laki kurus bertubuh tinggi yang juga tersenyum menatapnya.
Tanpa Araya suruh, kedua orang tadi masuk ke dalam kost-nya.
"Gue Venty, ini Bang Mario, tapi gue manggil dia Bang Rio," ucap gadis itu memperkenalkan diri.
"Araya," sahut Araya menerima uluran tangan di depannya.
"Santai aja kalau sama kita. Lo juga boleh main ke kamar gue atau Bang Rio. Kalau lo pengen sesuatu bilang aja, nanti bakal ditraktir sama Bang Rio!" seru Venty dengan antusias.
Araya mengangguk kecil sambil meringis.
"Iya, Venty yang sering ngabisin duit bulanan gue," sambung Mario sambil menjitak kepala Venty.
Sepertinya dua orang ini sudah dekat sebelumnya, mereka terlihat sangat akrab.
"Bisa aja kalian," kekeh Araya.
"Eumm, Bang Rio semester berapa?" tanya Araya dengan canggung. Susah sekali bergaul dengan orang yang tidak ia kenal.
"Semester lima. Sebenernya gue sibuk, tapi Venty narik gue ke sini," jawab Mario dengan tatapan datar tertuju pada gadis di sampingnya.
"Hilih, sok sibuk lo, Bang. Padahal aslinya lo mau keluar sama gebetan lo itu, 'kan?"
Melihat dua orang yang asik sendiri ini, membuat Araya terhanyut dalam suasana. Ia ingin menjadi seperti Venty yang sifatnya terbuka dengan siapa saja.
"Kalau lo ... lo kelas berapa?" tanya Araya pada Venty yang menahan tangan Mario agar tidak menggelitiki pinggangnya.
"12 MIPA 3, sekolah gue deket, cuma di Ginapatih, lo pasti anak SMA Harbin, ya?"
Araya mengangguk. Ia mengambilkan makanan ringan yang ia beli dan mempersilakan mereka memakannya.
"Iya, gue kelas 11 IPS 2. Dulu mau masuk IPA, tapi males karena banyak rumusnya."
"Gue kaya pernah lihat muka lo, tapi di mana, ya? Kok gue lupa?" Venty menatap wajahnya lekat-lekat. Refleks, Araya memundurkan dirinya.
"Apa yang lo inget, Ven. Eh, bentar, kayanya gue juga pernah lihat lo," sambung Mario sambil memakan keripik singkong pedas. Araya terdiam memandangi dua orang yang menatapnya dengan detail.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LOVE I WANT ✓
Ficção GeralTHE LOVE I WANT || TAMAT || PART LENGKAP ✓ --- ❝Cinta yang aku inginkan, aku hanya menemukannya di dalam dirimu. Dan cinta yang kamu berikan menjadi cinta yang aku butuhkan selama ini. Tidak ada satupun orang yang mampu membuatku tertawa dan menangi...