『TLIW//55』

87 18 2
                                    

"Senternya udah nggak terang lagi, ini jam berapa?"

Araya masih terduduk di samping Dheazka. Kedua remaja itu tengah kedinginan.

Dheazka melepaskan jam tangannya, ia memberikannya pada Araya. "Jam gue ... mati," ucapnya membuat Araya mencebikkan bibirnya.

Ia kira Dheazka memberitahunya pukul berapa.

"Ini udah tengah malem belum, ya?" Araya menengok keluar, hujan sudah tidak lagi deras namun tak berhenti turun.

"Belum."

"Dari mana lo tahu?"

"Lo belum tidur. Biasanya lo tidur jam berapa?"

"Sebelas," jawab Araya singkat. Ia duduk kembali.

"Ngapain aja sampai selarut itu?" tanya Dheazka menciptakan obrolan. Ia berusaha menormalkan sikapnya yang ia rasa berubah ketika jantungnya tak berhenti berdegup kencang tadi.

"Kepo banget sih, lo?!" sebal Araya.

"Kan tadi lo nanya sekarang udah tengah malem apa belum," ucap Dheazka lirih.

Araya meringis, iya juga.

"Tadi, kayu-kayu itu mau gue buat api biar kita merasa hangat. Tapi malah hujan."

"Hm? Api? Lo mau kita mati kebakaran? Ini di dalem gubuk!"

"Maksudnya, apinya di luar. Kita di dalam, tapi hujan, jadi nggak bisa nyala apinya," jelas Dheazka sambil menyentil hidung gadis itu.

"Oh, selain itu juga, kita nggak punya sesuatu buat nyalain apinya," tambah Araya, namun ia mengernyit ketika Dheazka mendekatkan tubuhnya kepadanya.

Apa yang akan laki-laki itu lakukan?

"Ini, kita punya ini," ucap Dheazka setelah berhasil mendapatkan korek api di saku jasnya yang Araya kenakan.

Araya mengerjap, ia menggaruk tengkuknya.

"Lo kira gue mau ngapain?"

"Nggak tahu, sih." Araya tertawa merutuki kebodohannya.

"Masa? Muka lo merah gitu?" goda Dheazka membuat Araya menutupi wajahnya.

"Dheazka! Pokoknya kita jaga jarak! Lo di pojok sana!" Araya sudah tidak tahan, perasaan aneh di hatinya kerap muncul ketika berada di dekat Dheazka.

"Iya-iya," jawab laki-laki itu menurut. Ia mencari sesuatu di dalam kotak besar yang Araya temukan tadi. Beberapa lembar kain ia dapatkan, Dheazka melipatnya dan ia jadikan sebagai bantal untuk ia tidur. Ia lelah dan ingin beristirahat.

Tanpa ia sadari, Araya memperhatikan gerak-geriknya sejak tadi. Gadis itu bangga mengenal seseorang seperti Dheazka.

Araya pun melakukan hal yang sama, ia mengambil beberapa kain dan melipatnya. Ia menggunakan jas Dheazka sebagai selimutnya.

Tapi, Araya merasakan sesuatu mengganjal tubuhnya, dan itu berasal dari saku jas Dheazka.

Gadis itu mengambil benda tersebut.

Satu bungkus rokok.

Pantas saja Dheazka tadi membawa korek api.

Hal yang membuat Araya tidak bisa berpaling adalah sebuah kertas yang terselip di antara batang rokok yang tersusun rapi. Araya sangat penasaran dan ia membuka kertas itu.

Sial, tulisan itu menggunakan aksara Cina. Araya tidak paham.

Tapi Araya merasa ... pasti ada alasan tersendiri yang membuat laki-laki itu seperti ini. Entahlah, Araya tidak tahu. Ini rumit, tak seharusnya ia merasa dekat dengan Dheazka.

THE LOVE I WANT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang