『TLIW//24』

130 37 4
                                    

Araya bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Araya bingung.

Selama ia dirawat, Reiga belum pernah datang menjenguknya. Padahal laki-laki itu juga berada di Bali. Apakah mungkin sudah pulang duluan? Atau Reiga tidak tahu kalau Araya sedang sakit?

Tapi tidak mungkin Reiga tidak tahu. Gita saja bisa tahu, bisa jadi Reiga yang memberitahunya. Itu yang Araya pikirkan sekarang.

Soal Dheazka yang tiba-tiba berubah hari itu, Araya sadar jika itu salahnya. Tak seharusnya ia memotong ucapan Dheazka. Ia tahu jika sebenarnya laki-laki itu akan menjelaskan banyak hal padanya, tapi Araya belum menyiapkan mentalnya. Gadis itu takut tiba-tiba ia menangis.

"Yaya, kenapa melamun?"

Suara lembut dari Liz yang pertama Araya dengar pagi ini. Tantenya ini menunggunya semalaman.

"Ah, nggak papa kok Tan. Yaya kapan bisa pulang? Di sini membosankan."

"Kamu sabar saja, dokter sebentar lagi datang," ucap Liz sembari mengelus rambut keponakannya.

"Begitu keluar, aku ingin ke ruangan Jennifer. Katanya Jennifer dirawat kembali?"

Liz tertegun. Kenapa gadis ini masih memikirkan kakaknya? Padahal ia tahu gadis ini sebenarnya juga tidak suka dengan Jennifer.

Memang setelah dirawat tiga hari di rumah sakit, Jennifer sudah boleh kembali pulang. Tapi, akhir-akhir ini asmanya sering kambuh jadi lebih baik rawat inap di rumah sakit dulu.

"Iya, boleh." Liz tersenyum.

"Tan, kenapa setelah operasi hari itu, Mama kaya beda gitu ke aku? Mama jadi dingin ke aku. Kalau aku tatap, Mama selalu buang muka, Mama kenapa sih Tan?"

"Karena dia malu, dia malu kepada gadisnya, malu kepada gadis kecilnya. Dia sendiri telah mengakui bahwa dia Ibu yang buruk, Yaya."

"Tante Liz? Kenapa malah Tante yang melamun sekarang?"

Lizana mengerjapkan matanya. Untung saja ia tadi hanya mengucapkannya dalam hati. Biarkan keponakannya itu mengetahuinya sendiri.

"Mungkin Kak Wendy sakit gigi, iya sakit gigi! Kemarin dia makan pancake terlalu banyak!" jawab Liz dengan asal, ia yakin dirinya terlihat bodoh sekarang.

"Tapi Mama nggak suka pancake," lirih Araya.

Liz langsung bungkam, ia tak tahu harus berbuat apa untuk menutupi kebodohannya.

"Selamat pagi Araya! Pagi Bu Lizana," sapa Dokter yang biasa menangani Araya baru saja masuk. Lizana segera menghembuskan nafas lega.

"Doktermu superhero-ku, Yaya," ucapnya dalam hati.

"Keadaan Araya semakin membaik, ada kemungkinan besar untuk pulang hari ini, selamat ya!" jelas dokter tersebut setelah memeriksa Araya.

"Wah, terimakasih banyak Dok!"

THE LOVE I WANT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang