Selama upacara bendera, Araya tak henti-hentinya berkomat-kamit entah mengucapkan apa. Matanya melirik barisan yang menghadap ke timur. Lebih tepatnya kepada sosok tinggi yang berdiri di barisan paling depan yang sedang bercanda dengan teman-temannya.
"Karena pada dasarnya, kalian ini semua pintar. Ya pintar, tidak ada siswa yang bodoh di sini. Hanya karena satu, malas. Sifat itu harus benar-benar musnah dari dalam diri kita. Jangan memelihara sikap tersebut. Ayo, lawan malas! Kalau kita rajin, disiplin, tertib, bertanggung jawab, saya yakin kalian semua pintar."
Mendengar pidato dari kepala sekolah, rasanya Araya ingin berteriak, "Benar Pak, benar! Saya setuju Pak!"
"Saya hanya ingin berpesan, minggu depan penilaian akhir semester sudah dimulai, saya harap kalian benar-benar bisa menghilangkan sikap malas. Harus rajin, rajin belajar. Menghindari tawuran, menghindari membolos, juga kalian harus tertib dan disiplin itu tadi."
"Saya rasa pesan saya cukup sekian, hari sudah mulai siang juga, kasihan kakak kelas kalian yang wajahnya sudah menghitam itu. Baik, saya akhiri. Sampai jumpa dan selamat belajar."
Araya langsung mengangguk-angguk dan berdiri tegak ketika pemimpin upacara menyiapkan barisan.
"Gila, tiga puluh menit dua detik. Itu mulutnya sampai berbusa gitu," bisik Gita yang berdiri di belakang Araya.
"Hush! Nggak baik bicara gitu!" tegur Araya, Gita langsung menipiskan bibirnya dan kembali ke barisannya.
Setelah upacara selesai, Araya dan Gita langsung kembali ke kelas. Duduk dengan kepala ditempelkan di permukaan meja.
"Busett dah, liat nih basah!" Gita melepas topi upacaranya dan menunjukkan anak rambutnya yang melekat di pelipis gadis itu.
Araya merotasikan bola matanya, melihat Gita yang meniupi rambutnya.
"Kipas kan ada, Gitaaaa. Ngapain juga lo tiupin, yang ada nanti satu kelas ini jadi bau!" Araya menegakkan tubuhnya, memasukkan topinya ke dalam laci.
"Dih, gue wangi ya! Haaahhh ... haaahhh ...."
"Anjir! Meja gue basah!" Rossa yang baru masuk ke dalam kelas langsung menggebrak mejanya, yang di permukaan meja itu sudah banyak titik-titik air dari mulut Gita.
Araya terkekeh dan menjambak pelan rambut Gita, menghentikan aksi sahabatnya itu yang semakin menggila.
"Masih pagi, Gita. Jangan mancing si macan ah!"
Gita langsung berbalik dan tertawa melihat kekesalan Rossa di belakangnya.
Sambil menunggu guru, Araya memilih bercerita tentang novel yang ia baca kepada sahabatnya itu.
"Iya, yang laki-laki itu meninggal. Si ceweknya nggak bisa move on dan hampir bunuh diri buat nyusul si cowoknya. Tapi endingnya tuh, si cewek nikah, di jodohin sama orang tuanya. Padahal nih ya—" Araya bercerita dengan hebohnya, gadis itu menghentikan bicaranya ketika Gita meletakkan telunjuknya ke depan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LOVE I WANT ✓
Fiksi UmumTHE LOVE I WANT || TAMAT || PART LENGKAP ✓ --- ❝Cinta yang aku inginkan, aku hanya menemukannya di dalam dirimu. Dan cinta yang kamu berikan menjadi cinta yang aku butuhkan selama ini. Tidak ada satupun orang yang mampu membuatku tertawa dan menangi...