『TLIW//71』

82 16 3
                                    

❝I really want you to be by my side. Gently hugging me. I really want you to be here talking to me. I just want to be with you, be with you, every moment is meaningful. Even at this moment, I only want to see you.❞

"I Want to be With You"
-Bai Lu-
.
.
.

"Waktu saya sangat luang. Saya ingin banyak bertemu dengan kamu."

"Semalam kita sudah bertemu. Saat ini saya harus pergi bekerja."

"Saya akan menunggu di tempat kamu bekerja."

"Tidak bisa!"

"Kalau begitu, kamu tidak perlu bekerja."

"Mau kamu apa sih?"

"Saya mau kamu."

Perdebatan kecil dengan Dheazka tadi pagi membuat Araya tersenyum geli. Pada akhirnya, Araya menuruti pria itu. Dirinya tidak pergi bekerja dan saat ini, pria tampan itu berada di sampingnya, dengan monster kecil di gendongannya.

"Tante Araya cantik ya, ge!" seru anak itu di samping telinga Dheazka.

"Dia mengatakan apa?" tanya Araya sembari membenarkan tas bergambar superhero milik Shen.

"Tante Araya sangat cantik," ulang Dheazka menerjemahkan kalimat keponakannya.

Wajah wanita itu memberenggut. Anak kecil itu menyebutnya 'tante.' Araya kira dirinya tidak setua itu.

"Terima kasih, Shen Qi yang tampannn!" Tapi bagaimanapun, ia gemas sekali dengan anak itu. Pipinya ia cubit layaknya squishy.

"Kalau saya, tampan tidak?" sahut Dheazka tiba-tiba. Ia melirik Araya yang tersenyum malu.

Araya terlihat berpikir, kemudian menjentikkan jarinya. "Menurut saya, kamu biasa-biasa saja." Araya berjalan cepat meninggalkan Dheazka dan Shen.

"Shen, Tante itu mengatakan saya biasa-biasa saja. Apa saya tidak cukup tampan?" Dheazka beralih bertanya pada keponakannya.

"Iya, karena di sini Shen yang paling tampan!" bangga anak itu. Tiba-tiba Dheazka terperanjat ketika Shen turun dari tubuhnya.

Anak itu menarik tangan kanan Araya lalu menggandengnya. Tangannya yang tersisa ia gunakan untuk menarik Dheazka, sehingga posisinya adalah berada di antara dua dewasa itu.

"Bukankah kita terlihat seperti keluarga?"

Araya menoleh. "Hm?"

"Bayangkan, Shen adalah anak kita. Saya adalah ayahnya dan kamu adalah ibundanya," lanjut Dheazka membuat Araya menampar lengannya.

"Sembarangan! Jelas tidak lah, Shen sangat tampan dan kamu hanya tampan biasa. Beda, ya!" elak Araya sembari bergurau. Ia mengupaskan bungkus cokelat untuk Shen yang ia ambil dari dalam tas anak itu.

"Kan cuma saya suruh bayangkan. Tapi, jika itu terjadi ... saya sangat tidak keberatan."

Lagi-lagi perasaan aneh itu merengkuh tubuh Araya. Ia menggelengkan kepala menyadarkan pikirannya.

THE LOVE I WANT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang