『TLIW//29』

113 27 0
                                    

"Gita, lo jangan pulang dulu, ya? Temenin gue bentar aja," pinta Bian dengan kedua tangannya menahan kaki kanan Gita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gita, lo jangan pulang dulu, ya? Temenin gue bentar aja," pinta Bian dengan kedua tangannya menahan kaki kanan Gita.

"Nggak! Gue harus pulang, ini udah pagi Yan, kasihan bokap nyokap gue di rumah!" Gita mencoba melepaskan tangan Bian di kakinya.

"Aaaaaaa! Pokoknya lo harus tinggal bentar! Gue pengen sama lo, Rin!" rengek Bian seperti anak kecil yang meminta permen kepada ibunya.

Gita mematung. Rin? Segitu sayangnya Bian kepada mantannya yang sudah bertunangan itu?

"Yan, lo masih mabuk? Please, biarin gue pulang. Gue nggak bisa lo kekang gini!" Gita menghentakkan kakinya, membuat tangan Bian terlepas.

"Sorry, Ta. Gue pikir, lo mau nemenin gue lagi," ucap Bian lirih, laki-laki itu menunduk.

"Gue pulang dulu," pamit Gita yang tak tahu harus berbuat apa lagi.

Bukannya dari awal ia sudah bilang pada dirinya sendiri agar tidak terbawa suasana? Kenapa seolah-olah hatinya menolak? Jujur, ia kasihan kepada Bian. Tapi laki-laki itu terus saja menyebutkan nama Karin, dan itu membuatnya benci.

Gita menghentikan langkahnya. Gadis itu menatap pasangan yang tengah berhenti saat lampu merah.

Itu Araya dan Erick. Kenapa Araya malah pergi bersama orang lain, sedangkan gadis itu tahu jika Reiga pulang hari ini. Dan bukannya kemarin Araya bilang ingin membuat kejutan?

Ia juga tak mungkin melarang Araya, karena bisa saja Reiga membongkar masa lalunya. Gita tak tahu akan berpihak kepada Reiga ataupun Araya. Di satu sisi, ia tak ingin Araya tersakiti, namun di sisi lain ia tak ingin pula rahasianya terumbar.

Gita bersembunyi di balik kursi ketika motor yang Erick gunakan mulai melaju. Sepertinya mereka akan pergi. Gita mencari taksi, ia akan pulang dan diam di rumah. Semoga saja orang tuanya tidak curiga jika dirinya semalam tak pulang ke rumah.

Ini semua gara-gara Bian yang mabuk!

"Padang Pasir! Kenapa baru pulang sekarang ha?!!" Gadis itu meringis kesakitan saat tiba-tiba saja Maminya menarik telinga kanannya.

"Aduh Mi, tenang dulu napa! Sakit nih telinga Gita!" gaduh Gita ketika tangan Maminya sudah terlepas.

"Semalam kemana aja?!" ulang Maminya, membuat Gita menelan ludahnya kelu. "A-anu, itu, Gita main ke rumah te-temen, iya temen!" jawab Gita seadanya. Ia tak sepenuhnya berbohong karena Bian adalah temannya juga kan?

"Laki-laki apa cowok?!" bentak Maminya, Gita langsung menoleh.

"Ha? Apa bedanya Kanjeng Ratu?" tanya Gita sambil terkekeh. Sepertinya ia baru menyadari jika sikap bobrok Maminya menurun padanya.

Saat melihat Maminya melotot, Gita langsung menjawab cepat. "Cewek kok Mi, ya kali Gita main nginep aja ke rumah cowok!" dusta Gita. 'Duh, dosa nggak ya?' lanjutnya dalam hati.

THE LOVE I WANT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang