『TLIW//32』

110 27 2
                                    

"Yaya, laki-laki yang di bawah itu siapa? Tadi dia nanyain kamu waktu Tante nyiram tanaman," ucap Lizana kepada Araya yang baru saja selesai mengenakan sepatunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yaya, laki-laki yang di bawah itu siapa? Tadi dia nanyain kamu waktu Tante nyiram tanaman," ucap Lizana kepada Araya yang baru saja selesai mengenakan sepatunya.

"Orangnya gimana Tan?"

"Dia tinggi, udah gitu gagah. Wajahnya juga tampan, dia bawa motor hijau." Lizana mendekati Araya.

"Tukang ojek kali," jawab Araya asal, gadis itu merapikan ikat rambutnya.

"Eh, bukan! Mana ada tukang ojek yang tampan, jangan ngasal kamu ya!" sahut Lizana sambil menyentil hidung keponakannya.

"Ya udah deh Tan, aku lihat dulu." Araya menenteng tas sekolahnya. Gadis itu berjalan ke depan rumah Tantenya.

Ia tersenyum ketika melihat laki-laki yang Tantenya maksud. Araya senang mengetahui Reiga menjemputnya hari ini, hari pertama ia berangkat sekolah lagi.

"Kak Reiga kok nggak bilang mau ke sini? Kenapa juga bisa tahu kalau aku di sini?" tanya Araya bertubi-tubi, ia tersenyum lagi ketika Reiga mengacak rambutnya.

"Itu rahasia dong," jawab Reiga singkat, laki-laki itu kemudian memberikan helm kepada Araya.

"Eh bentar, aku pamitan dulu sama Tante," Araya berlari lagi masuk ke dalam rumah, berpamitan pada Tantenya.

"Sudah Tante duga kalau Yaya punya pacar," ucap Lizana ketika Araya berpamitan padanya.

Keponakannya itu tersenyum malu, kemudian berjalan ke depan lagi.

"Udah?"

Araya mengangguk. Kemudian gadis itu duduk di belakang Reiga, memeluk tas Reiga yang menjadi pembatas tubuhnya dengan Reiga.

Diam-diam Araya tersenyum. Sungguh bahagia sekali dirinya, mungkin ia akan melupakan sejenak kesedihannya akan Bi Mira.

Tiba-tiba motor Reiga berhenti. Araya mengerutkan dahinya bingung, kemudian gadis itu turun dari motor Reiga.

"Kenapa Kak?"

"Bannya bocor." Reiga menghela napasnya. Ia mengelilingkan pandangannya mencari bengkel yang sudah buka. Namun nihil, semua bengkel masih tutup.

"Terus gimana nih?" Araya melirik jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 06.45, tidak banyak waktu lagi untuk sampai di sekolah.

"Lari aja yuk!" Tiba-tiba tangan Araya ditarik Reiga, laki-laki itu membawanya berlari. Araya sangat terkejut, Reiga berlari cepat sekali. Napasnya tersengal sambil terus berlari mensejajarkan langkahnya dengan Reiga.

THE LOVE I WANT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang