Sebuah novel tebal yang diletakkan di depan mejanya membuat gadis yang semula melamun menjadi terkejut. "Gue udah selesai bacanya, thanks ya," ucap gadis yang baru saja meletakkan novel itu.
"Lo nggak ke kantin?" tanyanya lagi setelah duduk di kursi yang berseberangan dengan gadis yang menunduk.
"Nggak, gue masih kenyang," jawabnya sambil memasukkan novel tebal ke dalam tasnya.
"Masih kenyang sih elo, gue yang udah laper, Ra." Gadis itu tampak memegangi perutnya.
"Ya udah, gue anter ke kantin yuk!"
Kedua gadis itu berjalan menuju kantin yang memang tidak jauh dari kelasnya.
"Bu, seperti biasa," ucap Gita, sambil menyeret kursi untuk ia gunakan duduk.
Sedangkan gadis yang satunya, ia memandangi beberapa kakak kelas yang ikut gabung di kantin kelas sepuluh.
"Ra, lo ngapain dari tadi ngelamun terus?" tanya Gita sambil mengaduk kuah bakso yang baru saja tersaji di depannya.
"Ha-eh, enggak papa, kok."
Gita yang sedang kelaparan menyadari sedari tadi sahabatnya ini memerhatikannya, langsung menjentikkan jari di depan wajah Araya.
"Woy, nanti lo kesambet kalau liatin gue terus!"
Ara hanya menunduk. Entah kenapa hari ini, ia merasa sangat lemas dan malas.
Iya, gadis itu Ara. Araya, gadis yang sudah diceritakan di part sebelumnya.
Sekarang ia bukan anak kecil lagi yang bisa dibohongi, ia sudah tumbuh menjadi remaja pintar dan cantik.
"Kayanya lo perlu makan deh, Ra." Gita berjalan ke arah ibu kantin lalu kembali membawa sepiring nasi goreng. Araya langsung memakan nasi itu walau tidak napsu, ia hanya menghargai Gita yang sudah mau memperhatikannya. Setelah Gita selesai dengan mangkuk baksonya, Araya segera menghabiskan nasi gorengnya.
Keduanya membayar makanan masing-masing dan berjalan lagi menuju kelas. Sepertinya bel masuk sebentar lagi berbunyi, jadi mereka harus siap di kelas jika tidak ingin terlambat dan terkena hukuman dari guru killer yang akan mengajar setelah ini.
"Denger-denger nih ya gaes, katanya cucu pemilik sekolah mau kembali ke Indonesia besok dan ngelanjutin sekolah di sini," bisik Rossa, si biang gosip kelas Araya.
"Wah beneran? Bagus dong, biar gue bisa langsung liat mukanya, katanya tampan, udah gitu pintar lagi," tambah Dian yang turut mendekat ke arah Rossa.
Araya sudah biasa mendengar Rossa yang duduk di belakangnya ini bergossip, ia tak terlalu peduli karena biasanya omongan Rossa tidak pernah terjadi. Ia juga mendengar kata-kata 'katanya, denger-denger' dan tidak pernah sekalipun terbukti.
Ketika sosok paruh baya memasuki kelas X IPS 2, barulah semua siswa berlagak membaca buku, menundukkan badannya.
"Selamat pagi menjelang siang, silakan kalian buka buku paket halaman 36, kalian baca satu bab itu, kemudian me-resume apa yang kalian baca. Tugas dikumpulkan nanti siang ke meja saya. Sekarang saya tinggal dulu untuk menemui pemilik sekolah."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LOVE I WANT ✓
Ficção GeralTHE LOVE I WANT || TAMAT || PART LENGKAP ✓ --- ❝Cinta yang aku inginkan, aku hanya menemukannya di dalam dirimu. Dan cinta yang kamu berikan menjadi cinta yang aku butuhkan selama ini. Tidak ada satupun orang yang mampu membuatku tertawa dan menangi...