『TLIW//22』

126 44 3
                                    

Araya tahu jika Dheazka masih mengharapkannya kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Araya tahu jika Dheazka masih mengharapkannya kembali. Tapi tak mudah begitu saja untuk bisa bersama laki-laki itu. Akan banyak lagi masalah yang terjadi jika dirinya bersama Dheazka.

Karena laki-laki itu dijodohkan, mungkin saja hubungannya nanti membuatnya sakit, karena Araya hanya bisa merasakan berpacaran saja.

Araya juga tidak tahu apakah keluarga Dheazka mau menerimanya.

Dan, jika dirinya terus bersama Dheazka, akan banyak sakit yang ia dapatkan.

Cukup, ia sudah benar. Lebih baik ia melupakan laki-laki itu. Araya dengan Reiga, sepertinya keputusan yang tepat?

Alih-alih mengingat Dheazka, Araya melanjutkan merias wajahnya. Ya, tentu saja untuk menghadiri pesta Jennifer. Ia sudah berjanji untuk kuat, ia tidak akan menangis lagi melihat kedua orang tuanya mencium Jennifer. Ia akan menjadi lebih kuat, dari yang mereka lihat.

Pesta ulang tahun Jennifer dirayakan mewah di restoran yang berada tak jauh dari villanya. Sungguh, ia benar-benar iri dengan segala kemewahan yang orang tuanya berikan untuk Jennifer. Ia tak pernah merasakan pesta ulang tahunnya dengan bahagia.

"Yaya ini untuk kamu, untuk keponakan Om Raymond yang paling cantik!"

Araya menoleh kepada Raymond yang memasuki kamarnya. Melihatnya yang sedang menata diri di depan meja rias.

"Bunganya cantik, makasih Om," ucap Araya ketika Omnya memberinya sebuah buket bunga.

"Nanti kita turun sama-sama ya?" Raymond mengelus kepala Araya dengan sayang. Keponakannya itu mengangguk.

"Oh ya, kok dari tadi Om lihat teman laki-lakimu itu?"

Araya mengerutkan keningnya. Tadi pagi yang dimaksud Raymond adalah Reiga, apa sekarang juga orang yang sama?

Tapi kan, Reiga juga ada acara.

"Ah, sudahlah. Lanjutkan berdandan, buat semua tamu menoleh kecantikan keponakan Om yang melebihi bidadari ini." Raymond mengelus pipi keponakannya, sungguh ia hancur melihat Araya yang tersenyum. Karena senyum keponakannya itu palsu.

"Yaya sudah selesai Om, kita turun?" Araya meletakkan buket tersebut di meja. Berjalan dan melingkarkan lengannya di tangan Raymond.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE LOVE I WANT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang