『TLIW//28』

125 33 3
                                    

Mimpi itu terulang lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mimpi itu terulang lagi. Araya memimpikan hal yang sama dengan mimpi kemarin. Laki-laki itu menolongnya, membawanya berlari.

Gadis itu menggeleng. Tidak mungkin laki-laki itu adalah Dheazka. Seluruh hatinya sudah lepas dari semua hal yang menyangkut nama laki-laki itu.

Ia juga bingung. Akhir-akhir ini ia sering merasakan kepalanya berat, pandangannya juga kabur. Dan untuk mimisan, Araya baru mengalaminya semalam. Sebelumnya pernah mimisan, tapi waktu itu ia tak sengaja melemparkan bola dan memantul mengenai hidungnya.

Waktu di Bali, dokter yang memeriksanya tidak mengatakan apa-apa. Ia takut, ia khawatir dengan kondisinya. Tapi ia juga belum siap menerima keadaan semisal dirinya sakit parah.

Semalam itu, ia tidak tahu siapa gadis yang sedang bersama Dheazka. Tapi ia merasa pernah melihat gadis itu sebelumnya. Yang ia takutkan, Dheazka berpikir negatif tentangnya.

Ia tidak jadi pergi dengan Erick. Seingatnya, ia pingsan kemudian ia tak tahu apa yang terjadi, gadis itu sudah berada di kamarnya.

Ah, Reiga!

Bagaimana ini? Jam berapa sekarang? Apa Reiga sudah pulang?

Gadis itu langsung berlari ke bawah, meminta Pak Bimo untuk mengantarnya ke rumah Reiga.

"Araya?"

Gadis itu menoleh kepada siapa yang memanggilnya barusan. Eh, kenapa laki-laki ini berada di rumahnya?

"Erick, lo ngapain di sini?" tanya Araya bingung.

"Emm, gue cuma mau lihat lo, maksud gue keadaan lo," jawab Erick sambil menunjuk Araya.

"Oh, gue nggak papa kok. Udah mendingan, by the way makasih banget ya lo udah nolongin gue dua kali."

"Sama-sama, sans aja kali. Kita kan temen," balas Erick.

"Iya juga ya, kita kan temen, hehe." Araya meringis dan menyuruh Erick duduk di sofa. Untung saja orang tuanya sedang tidak ada di rumah.

"Tapi bagi gue, lo itu lebih dari sekedar temen." Araya menoleh ketika Erick bergumam tak jelas.

"Hm? Gimana Rick?"

"Gue suka sama lo Ra, tapi gue diem soal perasaan gue ke elo. Sampai-sampai lo pernah deket sama dua kakak kelas paling berpengaruh di sekolah," jawab Erick dalam hati. Mana berani dia mengungkapkan perasaannya kepada Araya, yang sudah dimiliki Reiga.

"Maksud gue, gue udah anggap lo saudara gue sendiri. Satu kelas juga gitu kali, sebagai ketua kelas gue sayang banget sama kalian."

Araya mengernyit, tiba-tiba nada bicara Erick merendah. Dan sejak kapan Erick menyayangi teman satu kelas?

"Oh, gitu. Anu, jaket lo belum gue cuci. Maaf banget ada sedikit noda darah, jadi agak lama bersihinnya. Maaf ya Rick," ucap Araya tidak enak.

"Nggak papa, kapan-kapan aja. Cepet sembuh ya Ra, jangan sakit-sakitan lagi. Minggu depan sekolah udah dimulai." Erick berpamitan kepada Araya. Ia lega ketika melihat Araya jauh lebih baik dari semalam.

THE LOVE I WANT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang