THE LOVE I WANT || TAMAT || PART LENGKAP ✓
---
❝Cinta yang aku inginkan, aku hanya menemukannya di dalam dirimu. Dan cinta yang kamu berikan menjadi cinta yang aku butuhkan selama ini. Tidak ada satupun orang yang mampu membuatku tertawa dan menangi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Enzo, Kakak masih nggak nyangka kejadian malam Minggu itu. Maksud kamu apa? Kenapa tiba-tiba saja datang dan malah membawa pergi Araya? Kamu tahu setelah itu Mia mengamuk dan mengacaukan pestanya sendiri?" Sheila tak habis pikir dengan Dheazka.
"Kakak ngapain ke sini?" Setelah membuka pintu rumahnya, ternyata yang datang adalah kakaknya. Begitu masuk, Sheila langsung meletakkan tasnya dan duduk di sofa.
"Kamu pikir Kakak nggak tau kalau kamu jarang pulang? Sekarang, jelaskan apa maksudmu malam Minggu itu!"
Dheazka mengusap wajahnya, ia duduk di single sofa. Menatap Sheila yang juga menatapnya.
"Karena sebenarnya ... Enzo tidak menginginkan pertunangan itu. Mia hanya sebatas teman kecil bagiku. Nggak lebih."
"Lalu, gimana sama Mami? Gimana sama Ibunya Mia? Sudah siapin kata-kata untuk menjelaskan kepada mereka?"
"Semuanya udah jelas. Nggak perlu lagi ada penjelasan. Mia cuma teman dan di antara kita nggak ada hubungan yang lebih. Ayolah, kenapa tiba-tiba Kakak turut campur seperti ini?"
Sheila tersenyum. "Bagus. Memang seharusnya seperti itu. Karena pertunangan itu ... bukan kemauanmu kan?"
Laki-laki itu menatap Sheila tak percaya. Sebenarnya apa maksudnya?
"Berpikirlah dengan baik."
Lantas, wanita itu meninggalkan Dheazka. Sebenarnya Dheazka sendiri bingung, apa yang sudah ia lakukan? Kepribadiannya sungguh aneh.
"Arrrggghhh!"
Prangg!
Vas bunga itu hancur di lantai menjadi kepingan-kepingan kecil tak berbentuk. Menyisakan beberapa tangkai bunga yang tergeletak di sampingnya.
***
"Raya, kita latihan sekarang?" Reiga mengambil bola basketnya. Di lapangan basket yang sepi itu, hanya terdapat Araya dan Reiga.
"Ya!" Araya bersiap memposisikan dirinya. Reiga memulai permainannya.
"Tunggu sampai mereka selesai." Reiga tidak jadi memantulkan bolanya ketika melihat beberapa anak OSIS berjalan di sisi lapangan.
"Memangnya kenapa?"
"Biar kita sendiri berdua. Kan nggak ada yang ganggu." Araya merasa speechless mendengar jawaban dari Reiga. Ya Tuhan, kuatkan jantungnya ketika berada di dekat laki-laki ini.
"By the way, yang kemarin itu ... aku suka banget. Aku nggak tau loh kalau Kak Reiga bisa nyanyi, apalagi pakai bahasa Korea," ucap Araya membuat Reiga berdiri di depannya dan mengenggam tangannya.
"Pakai bahasa apapun aku bisa, apapun buat kamu, Raya."