❝Aku ada di sini untukmu,
untuk kembali menuju pertemuan awal kita ... lagi.❞.
.
.Tanah luas itu telah diubah menjadi tempat resepsi pernikahan Jennifer yang pertama digelar.
Araya menunduk ke bawah. Melihat bagaimana ia memakai gaun yang terbuka di bagian pahanya. Tubuhnya paling tinggi di antara yang lain. Ia menjadi salah satu bridesmaid sesuai yang orang tuanya katakan. Sedangkan yang lain adalah teman-teman Jennifer dan juga ada Gita.
Namun Gita tidak bisa menghadirinya. Entah sengaja atau memang sibuk, Araya tidak mengetahuinya.
Kalimat 'saya bersedia' yang Jennifer dan Reiga ucapkan di dalam gereja tadi masih berdengung di kepalanya. Ia melihat bagaimana senangnya mereka ketika telah resmi menjadi sepasang 'orang tua,' karena janin yang tengah dikandung Jennifer. Araya juga melihat Wendy dan Johnny terlihat sangat bahagia. Tante Lizana dan suaminya, Om Raymond dan Oma Eli yang juga sama bahagianya.
Seluruh keluarga dan tamu undangan, mereka sangat bahagia. Ya, kecuali Araya. Dia benci berada di sini.
Seorang pria mendekatinya. Araya terkesiap, meskipun sudah dewasa, ia tak pernah luput dari kegiatan yang namanya 'melamun.' Pria itu memberinya bunga.
"Terima kasih," ucapnya menerima setangkai mawar putih.
Ia melihat ke depan lagi. Jennifer masih belum juga datang karena mungkin sedang berganti gaun. Araya juga melihat gaun yang ia pilihkan sangat pas dengan tubuh indah Jennifer. Ia bahkan merasa Jennifer adalah manekin yang hidup.
Reiga juga terlihat sangat tampan dengan tuxedo berwarna hitamnya. Araya juga yang memilihkannya. Terlihat sangat serasi dengan gaun Jennifer tadi.
Matahari yang mulai menghilang di ujung barat, membuat tempat itu terasa begitu hangat dan indah. Namun entah mengapa, setiap Araya melihatnya terasa sesak. Araya menatap bagaimana matahari itu menghilang secara perlahan. "Senja sangat indah," gumamnya.
"Namun dia pergi begitu cepat." Seseorang menyambung kalimatnya. Araya menoleh, melihat wanita cantik di sampingnya. Jennifer.
Ada semacam dorongan dari hatinya untuk menampar wajah iblis cantik itu. Tapi Araya harus bisa menahannya. Banyak orang di sini.
Ia berdecak, membantu Jennifer mengontrol gaunnya ketika berjalan menuju pelaminan.
Sekembalinya mengantar Jennifer, ia berdiri kembali di barisan belakang. Ia menyambut para tamu yang berdatangan. Araya tidak mengenal sebagian besar dari mereka, karena kebanyakan teman-teman Jennifer yang diundang.
"Wah, ini adiknya Jennifer itu. Sangat cantik ya," ucap salah satu dari mereka ketika Araya memberikan minuman untuknya.
Adik. Araya benci kata itu. Dia adalah anak tunggal. Dia tidak memiliki kakak ataupun adik. Ibunya sudah tidak bisa mempunyai anak lagi. Lalu Jennifer adalah anak angkat yang 'sangat' beruntung.
Salah satu bridesmaid seperti dirinya membawakan sepasang cincin untuk Jennifer dan Reiga. Araya bingung mengapa mereka dua kali memasangkan cincin. Padahal, ketika upacara tadi sudah.
Araya melihat bagaimana mereka tersenyum ketika saling menyematkan cincin pada masing-masing jari manis tangan kirinya. Sorakan "Cium! Cium!" dari tamu undangan kecuali Araya mulai terdengar dengan meriah.
Apa ia harus melihatnya?
Araya berjalan menjauh ketika mereka melakukannya. Ia tidak ingin mengotori kedua matanya dengan pemandangan menjijikkan itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/236687289-288-k343612.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LOVE I WANT ✓
Ficção GeralTHE LOVE I WANT || TAMAT || PART LENGKAP ✓ --- ❝Cinta yang aku inginkan, aku hanya menemukannya di dalam dirimu. Dan cinta yang kamu berikan menjadi cinta yang aku butuhkan selama ini. Tidak ada satupun orang yang mampu membuatku tertawa dan menangi...