❝Cinta yang aku inginkan, aku hanya menemukannya di dalam dirimu. Dan cinta yang kamu berikan menjadi cinta yang aku butuhkan selama ini. Tidak ada satupun orang yang mampu membuatku tertawa dan menangis seperti kamu.❞
"The Love I Want"
.
.
.Dingin mulai menggerayangi tubuh Araya malam ini. Ia duduk di balkon dengan musik ballad sebagai iringannya. Sesekali ia bersenandung mengikuti lirik lagu.
Kepalanya menengadah menatap langit dengan bulan dan bintangnya yang lengkap. Araya tersenyum menatapnya.
Kata Dheazka, bintang selalu ditakdirkan untuk bulan. Begitu pula sebaliknya. Araya selalu mempercayai itu.
Kemudian garis tangan, ia tidak akan pernah lupa. Dheazka selalu benar dan ia mempercayainya.
Nyatanya, setelah menghadapi segala macam hambatan dan rintangan hidup, kini Araya melihat kebahagiaannya datang menjemput. Ia tidak sabar melihat esok hari, di mana ia akan dituntun oleh ayahnya menuju pangerannya, Dheazka.
Setelah beberapa hari lalu mereka bertemu, Araya menyadari jika melanggar itu memang salah. Ia pun membiasakan agar tidak bertemu dengan Dheazka seperti peraturan yang ada.
Perasaan gugup dan bahagia bertengkar di hatinya. Araya tidak tahu harus bahagia dulu atau merasakan gugup. Yang pasti, sejak tadi jantungnya terus berdetak dengan kencang.
Araya harap, saat ini Dheazka melakukan hal yang sama dengannya. Memandangi langit yang menanti kebahagiaan mereka. Tangannya terulur ke atas, seolah memetik bintang dari sana.
Araya sangat ingin menyentuh bintang, menyapa bulan, lalu meminta mereka agar selalu mendukung kebahagiaannya dengan Dheazka.
Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Namun Araya tidak bisa tidur dengan baik. Karena itu, ia memilih berdiam di balkon sejenak.
Rasanya sangat bahagia membayangkan dirinya akan selalu bersama-sama dengan Dheazka, selama-lamanya, seumur hidup dan matinya.
Araya sukses menangis ketika mengingat kenangannya bersama pria itu. Andai saja jika ia percaya sepenuhnya dengan Dheazka waktu itu, semuanya akan berjalan dengan mulus tanpa secuil masalah.
Araya menyesal. Unuk itu sekarang ia selalu berusaha dan mengatakan jika dia sepenuhnya mempercayai Dheazka, pria yang selalu benar kalimatnya.
Araya akan berusaha untuk menghilangkan luka di hatinya yang tanpa ia sadari ia telah memeliharanya selama delapan tahun. Meskipun sebenarnya sulit, tapi apapun itu jika bersama Dheazka, mendadak semuanya menjadi mudah dan ringan.
Karena ia selalu percaya kalimat Dheazka, bahwa mereka adalah takdir.
Dan takdir tidak dapat dipisahkan.
***
Satu cangkir kopi telah habis di meja Dheazka. Pria itu mengusap wajahnya berkali-kali berharap rasa kantuk itu segera menghampirinya, sehingga ia bisa tidur dengan nyenyak dan upacara pernikahannya dengan Araya berjalan dengan lancar.
Seharusnya ia tadi tidak membuat kopi. Karena sampai sekarang pun, ia malah semakin betah membuka mata.
Langkahnya terayun menuju tangga, berjalan menaikinya hingga ia sampai di atap. Tubuhnya berdiri di sana. Meskipun dingin karena udara malam yang semakin memeluknya.
Masih sama kebiasaannya, Dheazka menatap bintang yang paling dekat dengan bulan. Sangat cantik. Sungguh.
Tanpa sengaja, ia melihat garis yang terhubung antara bintang-bintang di langit. Dan itu sama dengan rasi bintang di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LOVE I WANT ✓
General FictionTHE LOVE I WANT || TAMAT || PART LENGKAP ✓ --- ❝Cinta yang aku inginkan, aku hanya menemukannya di dalam dirimu. Dan cinta yang kamu berikan menjadi cinta yang aku butuhkan selama ini. Tidak ada satupun orang yang mampu membuatku tertawa dan menangi...