『TLIW//07』

345 146 248
                                    

Araya lupa, ia sudah berjanji untuk mengembalikan jaket milik Dheazka, tapi sekarang ia tak membawanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Araya lupa, ia sudah berjanji untuk mengembalikan jaket milik Dheazka, tapi sekarang ia tak membawanya. Karena jaket itu belum dicuci, semalam ia taruh di sofa.

"Raya!"

Reiga duduk di samping Araya yang sedang mengaduk mie ayamnya malas, membuat gadis itu mengerjapkan mata berkali-kali, memastikan benar bahwa yang di sampingnya ini adalah Reiga.

"Eh, kakak kenapa di sini?"

Gadis itu menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga, dan menyeruput sedikit lemon tea. Menghilangkan sesuatu yang entah kenapa terasa mengganjal di tenggorokan.

"Tadi ngasih info ke Bian," jawab Reiga sambil mengangkat tangannya memanggil Mbak Inah.

"Oh." Araya mengangguk-anggukkan dagunya, ia melirik kecil tangan Reiga yang dekat sekali dengan tubuhnya, bahkan tidak ada satu jengkal.

Araya bergeser ke kiri sedikit agar ia tidak terlalu dekat dengan Reiga. Tidak, jantungnya tidak berdetak lebih kencang, hanya saja ... ia tidak kuat.

"Beneran nggak mau ikut basket aja, Ra?" Reiga menyendokkan nasi goreng seafood yang baru saja tersaji di depannya.

Araya menatap Reiga dengan mulut masih mengunyah mie, bahkan dengan garpu yang masih menempel di bibirnya.

"Ah, enggak deh Kak. Kan jadwalnya tabrakan sama sepak bola. Lagian kenapa ekstra basket laki-laki nggak digabung aja sama yang perempuan? Kan gue bisa ikut, sambil sepak bola juga."

"Oh iya, jadwalnya ya. Emang gitu Raya, udah dari dulunya, sebenarnya tergantung coach aja dulu tapi sekarang udah ada jadwalnya yang resmi, besok mungkin kalau ada turnamen, latihannya digabung," jawab Reiga meminum es tehnya, lalu menipiskan bibir dan menghadap ke Araya.

"Tapi gue pengen, lo ikut basket. Banyak kok anak kelas sepuluh yang ikut," ucap Reiga membuat Araya tersedak mie, refleks Reiga menyodorkan lemon tea milik Araya.

Araya meringis setelah meneguk lemon tea, gadis itu menggaruk kepalanya.

"Ah, kayanya enggak deh Kak. Latihan sama main bola aja capek banget, belum lagi sama basket. Nggak deh," jawab Araya akhirnya, gadis itu menusuk potongan ayam yang tersisa di antara kuah mienya.

"Eh, sebenarnya terserah lo sih, gue nggak maksa kok." Reiga melanjutkan memakan nasinya.

Sedangkan Araya, sebenarnya gadis itu risih sekali, karena tidak sedikit teman-temannya yang memandangnya sirik.

Tentu saja karena Reiga duduk di samping gadis itu, seorang kapten basket yang duduk di samping anak pembantu, kata mereka.

"Ra!"

Gita mendudukkan tubuhnya di kursi seberang meja. Ia langsung meminum es teh milik Reiga.

Plak!

THE LOVE I WANT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang