『TLIW//73』

92 17 8
                                    

Warning: part ini mengandung kata-kata gombalan tingkat buaya dan beberapa adegan yang membuat kamu tertawa! Segera tinggalkan jika tidak kuat untuk tertawa ya! Happy Reading ❤

***

"Menurut hasil pemeriksaan, usia kandungan Ibu Jennifer seharusnya adalah tiga bulan. Namun, di sini tidak ada perubahan sama sekali, Pak. Ibu Jennifer ... keguguran. Ini karena kondisi fisik beliau yang tidak sempurna, karena mengidap asma."

"Dokter jangan bercanda!" Reiga membentak dokter di depannya. Ia tidak percaya dengan apa yang dokter tersebut katakan. Matanya melirik Jennifer yang terbaring lemah di ranjang.

"Bisa dilihat, Pak." Dokter tersebut menjulurkan foto hasil USG, titik kecil itu masih sama seperti beberapa bulan lalu.

"Sebaiknya rahim beliau segera dibersihkan, jika tidak ... bisa berakibat fatal," lanjut dokter itu sembari meninggalkan ruang periksa.

Reiga mengusap rambutnya, ia gagal memiliki anak dengan wanita pujaannya.

Istrinya itu belum juga sadar. Beberapa menit yang lalu Jennifer merasakan sakit di bagian perutnya, ia langsung membawa Jennifer periksa.

Langkahnya mendekati ranjang, ia mengelus kening Jennifer. Kedua mata istrinya masih terpejam karena tadi pingsan.

"Apa yang dikatakan dokter, Sayang?" Tiba-tiba Jennifer bangun, ia menatap Reiga yang wajahnya sembab, seperti habis menangis.

"Hm? Bayi kita sehat," dustanya. Ia mencoba tersenyum sembari mengelus perut rata Jennifer.

"Tapi, perutku tidak juga membesar?"

Reiga terdiam, ia berjalan ke meja dokter dan mengambil foto hasil USG tadi.

"Maaf. Kita gagal menjadi orang tua."

Tangan Jennifer yang bergetar mengambil foto itu, tidak ada perkembangan pada janinnya. Tangisnya pecah, ia memukuli Reiga.

Tiba-tiba perasan bersalah menghampirinya. Jennifer bangun dan mendudukkan dirinya.

"Apa karma itu benar-benar ada?"

"Apa ini karma atas semua perbuatan kita?"

"Apa benar begitu?"

Benar juga apa yang istrinya bilang, musibah ini mungkin adalah karma bagi mereka.

"Besok kita akan pulang untuk meminta maaf kepada mereka. Percayalah, semuanya akan baik-baik saja." Reiga memeluk Jennifer menenangkan.

Mereka telah memetik duri dari pohon mawar mati yang mereka tanam.

"Araya. Terutama kepada dia. Aku sangat malu kepadanya." Tangis Jennifer semakin menjadi. Ia memeluk Reiga erat sembari mengingat betapa jahatnya dia kepada Araya.

"Ya, kita akan meminta maaf kepadanya, kepada mereka."

***

Pada akhirnya, semua yang menderita tidak akan terus mengalaminya. Seperti Araya, kebahagiaan menjemputnya. Araya mencicipi sedikit kebahagiaan itu, ia berharap dirinya bisa terus bahagia, seperti saat ini. Seperti ini, berjalan bersisian dengan Dheazka mengelilingi taman, seperti remaja yang baru merasakan jatuh cinta.

Sejujurnya, Araya tidak percaya jika Dheazka benar-benar melamarnya ... di depan banyak orang. Apalagi mendadak, rasa terkejut dan bahagia menjadi satu di hatinya.

"Kita akan menikah dalam waktu dekat seperti yang sudah aku katakan." Dheazka berhenti, tubuhnya berbalik menghadap Araya, kedua tangannya menggenggam tangan Araya erat.

THE LOVE I WANT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang