『TLIW//62』

68 16 0
                                    

Di perpustakaan yang sepi itu, seorang laki-laki tengah berjalan menelusuri rak buku dengan kode ekonomi. Ia mengambil salah satunya, kemudian mencari tempat yang nyaman untuk membacanya.

BAH!

Seorang gadis dengan seragam sekolah mengagetkannya. Ia terkejut namun kemudian berusaha menormalkan sikapnya.

"Ngapain lo di sini? Bolos, ya, lo?" terka gadis tersebut sambil menyeret kursi untuk duduk.

"Jangan berisik."

Sebuah kejadian satu tahun lalu terulang kembali. Di mana ia mengagetkan seorang gadis yang selama ini tidak bisa ia lupakan.

Persis seperti saat ini, ketika ia sedang membaca dan dikagetkan oleh seseorang.

"Dheazka Vienzo yang tampan, lo kenapa bengong gitu?" Gadis tersebut adalah Gita. Ia melirik pada buku tebal yang Dheazka baca.

"Satu tahun yang lalu, dua orang dipertemukan dengan pertengkaran kecil yang menghiasi setiap hari. Mereka mulai dekat seiring rasa kesal yang saling mereka balas. Menjadi dekat hingga sebuah perasaan yang sama datang dari lubuk hati mereka. Bulan dan bintang menjadi saksi hubungan mereka. Namun, pada akhirnya, semesta memisahkan keduanya. Masalah yang disimpan salah satunya, ternyata berakibat besar hingga menyebabkan mereka harus berpisah dengan tidak sehat. Sampai saat ini, satu di antaranya masih mengharapkan untuk kembali, sedangkan satu lagi, dia terjebak dalam lingkaran hitam yang menariknya," tutur Dheazka panjang lebar.

"Begini nih, kebanyakan mabok jadi gini," cibir Gita yang tak mengerti makna kalimat Dheazka.

"Lo mana paham, otak lo aja ketinggalan di jemuran." Dheazka berdiri, dia mengambil buku tersebut dan menyimpannya ke dalam rak kembali.

Gita mencoba berpikir, apa ia melakukan kesalahan?

Ngomong-ngomong, baru kali ini Gita melihat Dheazka membaca buku di perpustakaan. Padahal dulu, ketika mereka masih satu SMA, Dheazka sering membolos.

Andai Araya yang berada di sini dan bukan dirinya, gadis itu pasti seratus kali merasa kagum dari pada dirinya.

Laki-laki itu keluar dari perpustakaan, ia pergi menuju kedai kopi di seberang jalan. Begitu ia membuka pintu, suara bel terdengar nyaring.

Dheazka duduk di dekat jendela, ia menatap jalanan yang ramai. Siang hari begini udara sangat panas. Ia mengambil buku mata kuliahnya. Sebenarnya ia bosan membaca materi yang tidak ia pahami, namun Dheazka harus bisa. Dirinya akan terus berusaha untuk berubah.

Sesekali ia melirik ke luar dari jendela. Dheazka menghembuskan napasnya. Susah sekali untuk melupakan Araya. Sampai saat ini pun, dia masih tidak bisa membuka hatinya untuk gadis mana pun. Banyak gadis di kampusnya yang menyukai dan mengaguminya. Tapi Dheazka hanya bilang, "Saya sudah bertunangan."

Bertunangan? Dengan siapa? Dheazka tertawa ketika menyadarinya.

Ia menggeleng, melanjutkan membaca buku catatannya. Rumit. Satu kata itu mewakili isi pikiran Dheazka saat ini.

***

"Ya ampun, gue cari ke mana-mana ternyata ada di sini!" seru Gita mendapati Dheazka yang tertidur di meja dekat jendela.

Hari sudah sore dan Dheazka terus belajar hingga tertidur. Gadis tersebut menjadi tidak tega. Ia pun membangunkan Dheazka. Tapi tak kunjung bangun juga. Sepertinya dia benar-benar kelelahan.

Gita pun duduk di depan Dheazka. Ia mengambil buku dari tangan Dheazka dengan hati-hati dan memasukkannya ke dalam tas laki-laki tersebut yang diletakkan di bawah meja.

THE LOVE I WANT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang