『TLIW//03』

491 196 387
                                    

Erangan kecil terdengar dari bibir Araya ketika Bi Mira mengguncang pelan bahunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Erangan kecil terdengar dari bibir Araya ketika Bi Mira mengguncang pelan bahunya.

"Araya nggak mau mandi dulu? Sudah mau malam loh," ucap Bi Mira lembut ke arah telinga Araya, lembut sekali.

Gadis itu membuka matanya, ia menegakkan tubuhnya yang terasa sakit karena ia baru saja tertidur di kursi meja belajarnya.

"Sudah malam ya?" Araya melirik jam dinding yang menunjukkan pukul setengah tujuh malam.

"Bi Mira sudah siapkan air hangat kalau mau mandi."

Araya mengangguk dan mengambil piyamanya ke dalam kamar mandi, ia berendam air hangat selama beberapa saat. Badannya terasa segar setelah berendam, tak sampai dua puluh menit gadis itu sudah selesai dengan ritual mandinya.

Araya mengeringkan rambutnya, kemudian mengikatnya asal dan berjalan ke bawah, ia ingin menonton televisi, sudah lama sekali ia tak duduk di sofa itu sambil menonton televisi. Biasanya ia bosan di kamar menonton TV sendirian.

Langkahnya berhenti ketika melihat mamanya sedang merapikan ujung dress yang Jennifer kenakan. Juga papanya tiba-tiba datang dengan tuxedo hitam, mereka bertiga terlihat sangat formal.

Araya hanya memandangi mereka dari atas, ia tidak ingin turun dan menyaksikan dirinya ditinggalkan lagi ... untuk kesekian kalinya.

Gadis itu turun setelah mereka bertiga pergi dan suara mobil terdengar menjauh dari carport. "Mereka mau kemana, Bi?" tanya Araya sembari duduk dan menyalakan televisi.

"Oh, katanya mau ke acara ulang tahun perusahaan rekan Tuan John," jawab Bi Mira ikut duduk di samping Araya.

"Sini, biar Bibi pijat pundaknya." Araya langsung memunggungi Bi Mira dan merasakan pijatan hangat di pundaknya.

"Katanya temen Ara, cucu pemilik sekolah mau pindah ke sekolah Araya, Bi. Katanya sih," ucap Araya sambil menoleh melihat acara TV.

"Bagus dong, tambah teman berarti," sahut Bi Mira sambil terus memijat pundak majikannya itu.

Ara hanya diam. Mana mungkin ia tambah teman, mimpi sekali bisa berteman dengan cucu pemilik sekolah.

***

Araya mengerjapkan mata setelah ia bangun dari tidurnya. "Jam berapa ini?" Ia meraba-raba selimutnya, mencari keberadaan handphone.

Matanya membulat ketika jam menunjukkan pukul enam pagi. Ia langsung berlari menuju kamar mandi dan melakukan aktivitasnya secara terburu-buru.

"Bi Mira, Araya bawa bekal aja. Kalau sarapan nanti keburu telat!" ribut Araya ketika Bi Mira menyiapkan sarapan untuknya.

Araya langsung meminum segelas susunya, ia memakai tasnya dan Bi Mira tampak membawakan paperbag berisi bekal untuk Araya.

THE LOVE I WANT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang