42: Hi Bunda!

26 6 0
                                    

Revisi: 5 Juli 21

3 tahun kemudian

Semenjak kepergian Malika waktu itu, kini Kayla hampir sepenuhnya di rawat oleh keluarga Aditya.

Mas Rakha

Assalamu'alaikum Ra, kamu bisa ke taman sekarang? Ada yang perlu saya omongin. Ini Kayla juga disini

Wa'alaikumsalam mas Rakha. Iya Zahra segera ke sana.

Iya, saya tunggu di depan kedai ice cream ya

Nggih mas

Setelah menutup pesan tersebut, kini Zahra segera menuju kamar mandi untuk mandi dan mencari gamis yang cocok untuk udara pagi ini. Dan dia memilih gamis biru muda dengan perpaduan jilbab merah muda, tak lupa sling bag warna hitam dan flatshoes hitam miliknya. Setelah itu ia pun segera turun untuk berpamitan pada ummi dan abi yang saat ini sedang dirumah

"Loh, anak ummi sama abi mau kemana? Kok tumben udah rapi aja." Tanya Athifa yang masih setia dengan wortel di tangannya

"Mau ke taman mi, bi, sekalian nanti pulangnya mau ke toko." Jawabnya  menyalimi punggung tangan Athifa dan Aditya

"Ya udah hati-hati, jangan lupa nanti Kayla dibawa ke rumah aja." Pesan Aditya sebelum Zahra berada di luar pintu.

"Iya bi, Insya Allah," jawabnya berjalan keluar rumah.

Setelah itu, ia pun segera menuju garasi mobil di samping rumah dan mengeluarkan mobil merah miliknya

"Eh, ada non Zahra. Mau kemana to non? Kok tumben jam segini sudah keluar." Tanya pak Amir dengan logat jawanya yang kental

"Ini pak, Zahra mau ke taman sekalian mampir ke toko. Pak Amir mau Zahra bawain kue?" Tanya Zahra kembali pada pak Amir yang saat ini sedang memotong rumput di depan garasi

"Ah non Zahra bisa aja. Kalo gratis pak Amir purun non, tapi kalau disuruh mbayar mboten mawon non." Jawab pak Amir dengan tawa tuanya

"Saya beneran kok pak, nanti saya bawain deh cake kesukaan pak Amir." Ucap Zahra sebelum ia mengeluarkan mobilnya.

Pak Amir hanya membalas dengan senyumnya. Setelah itu, Zahra bergegas menuju ke taman. Jalanan pagi ini lumayan padat, hal itu membuat Zahra tak bosan-bosan untuk mengeluh karena cuacanya.

"Kalau gini caranya, kapan sampainya coba? Mana udaranya panas banget." Gerutunya yang masih terjebak macet.

Mungkin kurang lebih 2 jam lamanya berada di jalanan. Kini mobil Zahra telah memasuki area taman. Zahra segera menempatkan mobilnya ke parkiran yang telah di sediakan.

Tak lupa ia membawa sebuah boneka beruang berwarna cokelat. Kaki tersebut terus menyusuri area taman hingga menemukan gadis kecil dengan jilbab merah mudanya. Juga laki-laki yang masih mengenakan setelan jasnya.

"Assalamu'alaikum Kayla," ucap Zahra dan meraih Kayla dalam gendongannya.

"Wa'alaikumsalam bunda Zahla, Ayla cama abi udah nungguin dali tadi looo." Ungkap Kayla dengan logat anak kecilnya.

"Katanya bunda mau ajak Ayla ke yumah umi yagi. Tapi Ayla tungguin kok nda dateng dateng," rajuknya yang masih dalam gendongan Zahra.

Rakha tertawa melihat tingkah putri kecilnya tersebut. Andai saja Malika masih ada di sisinya, mungkin kebahagiaannya saat ini akan lebih bertambah.

"Duduk Ra,"

"Ada apa mas? Kok tumben nyuruh Zahra kesini," tanya Zahra yang sudah duduk di bangku taman tersebut.

"Nggak ada apa-apa sih, cuman itu si Kay pengen ketemu Zahra terus katanya."

"Oh ya, ngomong-ngomong gimana kabar si Rayhan? Kapan dia kembali Ra? Biar Kayla cepet punya adik kecil." Tanya Rakha yang langsung membuat Zahra diam.

"Zahra belum tahu mas. Tapi, ya Zahra pengennya Ray cepet pulang sih." Jawab Zahra menunduk dalam-dalam.

Rakha sedikit tertegun mendengar jawaban dari Zahra. Namun, ia berusaha menetralkan suasana kembali.

"Ra,"

"Hmm iya,"

"Kalau mas nikah lagi, menurutmu gimana?"

Zahra terdiam karena bingung harus merespon dengan kalimat seperti apa.

"Kasihan si Kay kalau mas tinggal terus,"

"Ya gimana ya mas, kalau Zahra sih ngikut keputusan mas aja. Selagi calon mas bisa menerima keadaan mas juga kehadiran Kay, aku sih oke aja." Celetuk Zahra yang sibuk mengajak main Kayla.

Rakha beberapa kali mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Kalau mas bilang calon mas udah ada di sini gimana Ra?"

"Gak papa, malah Zahra pengen kenalan." Jawab Zahra beralih memangku Kayla.

Tak lama setelah jawaban Zahra, tiba-tiba muncul seorang perempuan bergamis cantik dan menggunakan jilbab syar'i.

"Kenalin Ra, namanya Rania." Ucap Rakha setelah mempersilahkan Rania duduk di samping Zahra.

Zahra mengulurkan tangannya dan dibalas oleh Rania, "Zahra." Ucapnya disertai seulas senyum.

"Rania kak," jawab Rania sambil tersenyum kikuk.

"Rania, boleh tolong ceritakan sedikit tentangmu?" Pinta Zahra yang terus tersenyum kepada perempuan yang terlihat 3 tahun lebih muda darinya.

Dan Rania pun menceritakan tentang dirinya. Tak lama setelah perbincangan kecil tersebut usai, Rania pamit untuk segera pulang.

"Gimana Ra?"

"Gimana apanya?"

"Rania nya!"

"Cantik kok cantik,"

"Bukan itu Zahra! Maksudnya cocok nggak buat jadi ibu sambung Kay?"

"Kayaknya sih cocok aja. Eh mas Rakha, nanti Kay biar ikut Zahra pulang ya. Gak apa-apa kan." Ucap Zahra yang ingin menyudahi percakapan tersebut.

Belum sempat Rakha menjawab, Kayla telah terlebih dahulu turun dari pangkuan Zahra dan menarik tangan Zahra.

"Abi, abi... Ayla mau main cama bunda Zahla boyeh kan," tanya anak itu dengan suara khas anak kecil.

"Boleh kay... Kan mainnya sama bunda, yuk biar abi fokus sama kerjanya kita main ke sana. Nanti bunda beliin ice cream," jawab Zahra sambil mengendong putri kecil Rakha.

"Yeay es klim. Dada abi, Ayla main duyu yaa." Pamitnya yang diperbolehkan Rakha.

"Mas mau Zahra beliin ice cream juga?" Tanya Zahra yang sudah tak kuasa menahan tarikan dari Kayla.

"Enggak Ra, buat si Kay aja." Jawab Rakha mengeluarkan handphonenya dan menghubungi seseorang.

Zahra merasa saat ini ia bukan sedang menjadi aunty yang sedang mengasuh keponakannya. Melainkan merasa jadi seorang ibu yang sedang mengasuh putrinya. Jadi seperti ini jika suatu saat nanti ia berkeluarga? Kukira itu merupakan pertanyaan retoris.

Ah, hati kecilnya jadi berteriak. Jadi kapan ya Rayhan datang untuk membawanya kembali pulang? Rasanya hati kecil Zahra sudah tidak sabar menantikan hal itu terjadi.

Azra's Love Story [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang