37: Dilema

30 6 0
                                    

Revisi: 5 Juli 21


"Sebenernya?" Ulang Hana yang penasaran dengan jawaban Zahra.

"Gue rindu gak ya?"

"Gue pun bingung Han," lanjutnya.

"Gue gak tau," rengek Zahra memainkan jari-jarinya.

Hana memutar bola matanya, karena kesal menunggu jawaban dari Zahra.

"Lo gak pengen gitu bertukar kabar sama dia?" Lagi-lagi Zahra dibuat gelagapan dengan pertanyaan Hana.

"Gue, sebenarnya pengen..."

"Pengen banget malah," lanjut Zahra yang menjawab apa adanya.

Hana tersenyum puas, "loh kalau lo pengen, kenapa gak dihubungin aja dianya?" Tanya Hana untuk kesekian kalinya.

"Gue gak enak sama dia, takut ganggu." Jawab Zahra yang sedang bertarung dengan batinnya.

"Gak enak atau lo gak mau karena takut terlalu nyaman kalau kelamaan chat?" Tanya Hana mendekatkan wajahnya ke telinga Zahra.

"Dua-duanya ih, udah ah bahas yang lain aja." Ucap Zahra berlalu mendekati ruang bermain Zia dan juga Kayla.

Sekarang keduanya tengah terduduk di area tempat bermain Zia. Tak lupa dengan Salwa bukan? Entah mengapa, Zahra merasa ada yang aneh dengan sikap Salwa. Ia kadang tersenyum ketika melihat Kayla tertawa riang dengan mainan-mainan milik Zia.

"Kak," sapa Zahra dan Salwa belum menoleh.

"Eh mbak Wa," ulang Zahra.

"Hmm, kenapa Ra?" Tanya Salwa ketika mendengar panggilan itu.

"Zahra mau tanya, boleh?" Tanya Zahra berizin terlebih dahulu.

"Hmm, silahkan. Mau tanya apa?" Jawab Salwa memandangi keduanya.

"Mbak bener tugasnya udah selesai karena emang sudah selesai?" Tanya Zahra yang membuat Salwa menegang di tempat.

"I-iya bener," jawab Salwa dengan keringat dingin yang mulai mengucur di pelipisnya.

Zahra yang merasa ragu akan jawaban kakak iparnya itupun mencoba memancingnya. Ia ingin tahu apakah benar?

"Mbak gak pengen ikutan promil gitu?" Tanya Zahra yang tengah memegangi tangan Kayla.

"Ya inikan masih dicoba dulu," jawab Salwa yang reflek langsung menutup mulut.

"Bener Kan Ra, Mbak salwa itu emang lagi promil. Lo sih dibilangin gak percaya," sahut Hana yang langsung mendapat tatapan tajam dari Zahra.

"Bunda, mulutnya kok kasar ya. Ini di depan anak-anak lho, kalau mereka reflek niruin gimana?" Omel Zahra dengan nada lirih.

"Maaf, tadi bunda keceplosan sayang." Ucap Hana mengelus lembut puncak kepala putrinya.

Sesaat Zahra juga Hana saling bertatapan, seolah pikiran keduanya saling berkomunikasi. Mereka menanyakan pertanyaan yang sama.

"Jadi bener mbak Salwa cuti buat promil?" Tanya keduanya memasang raut wajah penasaran.

"Iya dik, maaf ya kemarin mbak harus berbohong. Mbak takut semuanya berjalan diluar rencana awal," jawab Salwa menundukkan wajahnya.

Disisi lain.

Meja kerja itu nampak begitu acak-acakan. Dimana berkas berserakan di atas meja dan hal-hal lain yang berhubungan dengan masalah kantor menumpuk di ruangan itu.

Azra's Love Story [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang