26: Rayhan Halu!

40 7 0
                                    

Revisi: 15 Juni 21

Rayhan POV

Sebenernya hari ini gue sama keluarga ada acara kumpul bareng keluarga besar sebelum keberangkatan gue ke Kairo yang entah kapan terjadi. Dan secara tiba-tiba, si Rikha muncul di balik pintu kamar gue yang tertutup rapat-rapat.

"Kak!"

"Oi kak, jawab kaliii."

"Apa sih Ri? Apaa?" Kesal Rayhan dengan teriakan Rikha di luar pintu kamarnya.

"Bukain pintu dong, Riri mau masuk nih."

Rayhan memutar bola matanya, "tinggal masuk aja apa susahnya sih Ri? Pintunya gak dikunci!"

Seperti inilah Rayhan, hobi banget gitu ngebuat nyali Rikha makin ciut. 5 menit berlalu, kini Rikha telah duduk manis di samping kakaknya.

"Mau ngomong apa?" Tanya Rayhan to the point.

Rikha berdecak dan memulai omongannya. "Liat postingannya mbak Zahra gak kak?"

"Males buka Instagram Ri! Isinya cuman muda mudi pamer keuwuwan."

Seperti itulah sikap Rayhan yang membuat Rikha geleng-geleng kepala.
1. Keras kepala
2. Kelamaan jomlo jadi garing kek kanebo
3. Kalo ngomong suka asal ceplos ma adik sendiri
4. Udah gitu suka gak mau tahu

Rikha berdiri dan berkacak pinggang, "punya kakak kok cuek amat kayak gini."

"Ngomong apa kamu barusan?"

"Ah, enggak kok enggak. Riri cuman mau ngasih tau kemarin mbak Zahra ada post baby di instagramnya."

Setelah mengatakan hal itu, Rikha berlalu meninggalkan Rayhan yang masih cengo sendirian.

Baby?
Baby siapa?

Sungguh pertanyaan itu terngiang-ngiang di kepala Rayhan sendiri. Dan dengan cepat ia search akun milik Zahra dan menemukan postingan terbarunya dengan caption.

Assalamu'alaikum baby Kayla, cepet gede ya biar bisa main sama aunty ❤️❤️

Perasaan Rayhan lega, ia sempat berpikiran negatif bahwa yang diunggah Zahra adalah baby nya. Namun, bayinya dengan siapa? Secara pernikahan mereka belum juga bisa berlangsung.

"Abi... Maila ikut abi sama ummi peliksa adik Maila," rengeknya dengan nada yang belum teteh.

"Maira dirumah aja sama mbak Sonya atau mau ke rumah nenek?" Tanyaku meraih tubuh mungil itu dan menggendongnya.

Pagi ini rasanya cukup damai mengingat hari ini sudah memasuki bulan ke delapan kehamilan Zahra.

"Maila ndak mau sama mbak Sonya, nanti mbak Sonya lepot ngulusin Maila lagi. Maila juga ndak pengen kelumah nenek, soalnya kak Kayla hali ini jalan-jalan sama ayah lakha," tuturnya menahan cairan bening itu keluar.

"E... Mungkin Maira mau main ke rumah mama Salwa atau tante Rikha?" Tawarnya sekali lagi.

"Ndak mau abi..... Maila maunya ikut abi temenin ummi ke doktel," tangisan itu kini pecah seketika.

"Udah mas udah, biarin Maira ikut periksa sama kita. Kasihan kalau ditinggal di rumah terus," ucap Zahra memegangi punggungnya.

"Yeay, Maila sayang ummi... Muah," teriaknya diakhiri kecupan manis pipi Zahra.

"Lah abi gak disayang nih kak?"

"Abi nakal, Maila ndak mau!" Ejeknya ssmbil menjulurkan lidah.

Kini ketiganya tengah berada di mobil menuju rumah sakit.

"Maira, ummi mau nanya boleh?"

"Tanya apa ummi?"

"Ayah Maira siapa?"

"Abi Layhan."

"Bagus... Kalau ibu Maria?"

"Ummi Zahla."

"Terus ayah Rakha, mama Salwa sama papa Azzam siapanya Maira?" Celetuk Rayhan yang sedang menyetir.

"Kakaknya ummi Maila," sekejap semuanya diam. Bingung harus bertanya apa lagi.

"Astaghfirullah, kenapa gue jadi mikir yang nggak-nggak gini."

Diusapnya wajah tersebut secara gusar, "Rayhan, lo kok tiba-tiba mikirin Zahra sih."

"Fokus dulu sama impian lo buat cepet-cepet halalin dia."

Sungguh jikalau boleh jujur, saat ini hatinya sedang tak menentu. Detak jantungnya terlalu cepat, seisi pikirannya dipenuhi oleh bayang-bayang sosok Zahra.

"Astaghfirullah. Udah Ray udah, mending sekarang lo turun temuin bunda sama ayah buat ngomongin masalah kelulusan lo." Monolognya.

Azra's Love Story [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang