22: Beban Pikiran Rayhan

53 6 0
                                    

Revisi: 14 Juni 21

Rayhan POV

Hari ini merupakan weekend, dan untuk pertama kalinya juga hari ini gue gak kemana-mana alias dirumah aja. Terdengar suara derap kaki didepan pintu kamar gue.

"Bang, sarapannya udah siap. Sama bunda disuruh cepetan turun," teriak Rikha tanpa membuka pintu kamar.

Dan setelahnya gue yang merasa lapar inipun turun menuju ruang makan. Wangi masakan bunda emang gak ada tandingannya, buktinya gue selalu ketagihan.

"Loh Ray kok udah turun aja?" Tanya bunda melihat wajah gue yang mendadak turun.

"Lah tadi kata Riri suruh cepet turun, abis Ray turun malah ditanya kok udah turun. Yang bener gimana sih bun?" Tanya Rayhan dengan nada kesal.

Yang tadinya menyuruh Rayhan cepat-cepat turun mendapat tatapan tajam. Tak berselang lama Akbar datang dengan baju casual miliknya.

"Loh tumben ayah gak pakek baju kantor?" Tanya bunda mengamati setiap inci dengan teliti.

"Capek dong bun kalo tiap hari ngantor, ayah juga pengen quality time bareng keluarga kecil ayah." Dan semuanya ber-OH ria sambil menikmati hidangan pagi Renata.

Masih diruang makan, karena gue orangnya selalu pengen tahu terutama masalah adik kecil gue. Gue pun memberanikan bertanya tentang beberapa cup cake yang selalu ia bawa pulang.

"Ri!" Panggil Rayhan tak kunjung direspon

"RIKHA EMILI." Ulangnya sedikit berteriak.

"Apasih kak? Rikha kaga budek juga, so gausah teriak Rikha udah denger." Sahut Rikha menatap tajam abangnya satu ini.

"Lo sih dipanggil gak nyaut mulu, kan orang kesel liatnya!!"

"Ya terus ngapain elu manggil?"

"Gak jadi, keburu gak mood gue cerita sama lo!" Kali ini Renata hanya bisa ngelus dada gara-gara perbuatan kedua anaknya.

Setelah selesai berdebat panjang dengan Rikha, Rayhan memutuskan untuk naik keatas. Sebelum itu ia mendekati Renata yang sedang mencuci piring bekas sarapan.

"Rayhan keatas ya bun," pamitnya mengecup pipi Renata.

"Udah sana sana naik ke basecamp kamu sana." Usir Renata mencubit perut putra sulungnya.

Matahari kini kian naik dan Rayhan sendiri bingung akan perasaannya.

Flashback on

"Ray, kamu kapan ngenalin calon mantu bunda dan bawa dia pulang?" Tanya Renata membersihkan piring diatas meja makan.

"Iya Ray, ayah sama bunda juga udah makin tua. Kami juga pengen liat kamu bahagia sama calon mantu," Rayhan yang sedang meneguk air putih tersedak tiba-tiba.

Uhuk uhuk

"Kalem bang kalem," spontan Rikha menepuk-nepuk punggung Rayhan.

"Insya Allah secepatnya bun, yah." Dan mereka mengangguk setuju.

Flashback off

Akankah hatinya sudah siap menerima keberadaan wanita spesial lainnya? Akankah ia bisa mencintai setulus hati seperti sebelumnya? Akankah ini merupakan akhir dari labuhan cintanya?

Entahlah, ia sendiri bingung dengan perasaannya. Ingin mengungkapkan takut menyakiti hati lain, ingin terus-terusan dipendam malah bikin makin nyesek. Jadi berasa serba salah.

Azra's Love Story [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang