45: Demi Salwa

42 6 0
                                    

Revisi: 6 Juli 21

Setelah penantian panjang, kini akhirnya Salwa pun tengah mengandung. Dan setelah beribu rintangan yang Zahra lewati. Akhirnya dia jadi kawin juga, tungguin aja tanggal jadinya.

Zahra yang sudah rapi terduduk di sofa ruang tamu sambil menikmati kue kering buatan Athifa. Agendanya hari ini adalah fitting baju dan lainnya. Dan secara tiba-tiba ia dikejutkan dengan perintah kakak kesayangannya.

"Zahra!" Panggil Azzam ketika mendapati Zahra sedang duduk di ruang tamu.

"Mbak mu ngidam!" Lanjutnya duduk di samping Zahra.

"Iya, terus kenapa?" Tanya Zahra yang bingung akan ungkapan Azzam.

"Pengen bubur ayam katanya," mendengar jawaban dari Azzam, Zahra mengangguk paham.

"Ya beliin dong kak," suruh Zahra berdiri meninggalkan ruang tamu.

"Tapi maunya kamu yang bikinin."

"Zahra gak bisa masak," rengeknya berbalik menatap kakaknya.

"Dicoba dulu, demi calon keponakan kamu."

Akhirnya Zahra yang mengalah. Demi calon keponakan yang tengah dikandung kakak iparnya tersebut. Berkali-kali Zahra membuat dan berkali-kali pula Zahra gagal.

"Kak Ra gak bisa!" Rengek nya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Bisa kok, ayo sekali lagi dicoba. Kalau emang gagal yaudah gak apa-apa," ucap Azzam memberinya semangat.

Setelah hampir dua jam lamanya ia berusaha membuat bubur untuk kakak iparnya. Kini akhirnya bubur tersebut sudah jadi. Syukurlah ia dapat membuka bubur itu sepenuh hati.

Tak lama setelah bubur itu jadi, mereka berdua mendengar suara tapak kaki yang menuruni tangga. Yak, itu adalah Salwa dengan daster panjangnya juga cardigan rajut warna maroon yang melengkapi tubuhnya.

"Loh, udah turun sayang?" Tanya Azzam membantu Salwa untuk turun.

"Hmm, udah mas. Buburnya udah jadi ya?" Tanyanya ketika mencium bau wangi bubur.

(Bubur ada baunya ga sih?)

"Udah dong mbak, nih udah jadi. Mau Zahra ambilkan?" Tanya Zahra mengambil sebuah mangkuk putih.

"Tapi Salwa sudah enggak pengen bubur lagi dik, mas." Ucap Salwa yang seketika membuat keduanya lemas tak berdaya. "Tapi mau ayam kecap buatan Zahra," lanjutnya yang membuat Zahra melotot gemas.

Seperti inikah orang hamil? Haa? Tolong beri penjelasan pada Zahra!

"Gak mau beli aja yang?" Tanya Azzam berusaha menyakinkan Salwa.

Terlihat Salwa menggeleng dan naik lagi menuju kamar mereka.

"Kak," rengeknya disertai buliran air mata yang sudah turun.

"Maafin mbak mu dik, itu juga bawaan calon keponakan mu."

Ya udah namanya berjuang mah ayo aja. Ayam kecap? Hmm, sepertinya itu mudah. Okey, sekarang Zahra yang dibantu oleh Azzam mulai searching di google tentang apa itu ayam kecap dan bagaimana membuatnya.

"Nih resepnya," ucap Azzam menyerahkan ponselnya pada Zahra.

"Sepertinya mudah, oke cuz biar dede bayinya gak ileran." Seru Zahra menyiapkan bumbunya.

Kurang lebih 1 jam berlalu, akhirnya ayam kecap pun jadi. Tapi, belum sempat ayam itu dihidangkan sudah gosong duluan. Untung Zahra memiliki stok sabar yang tinggi.

"Kak gosong," lagi-lagi Zahra harus menangisi kegagalannya.

Tak lama setelah acara masak ayam kecap selesai. Terdengar suara ketukan pintu, Zahra yang masih sibuk menyingkirkan air mata itu lebih menyuruh kakaknya untuk melihat siapa yang datang.

"Eh ada Rayhan, ada apa Ray?" Tanya Azzam sambil mempersilahkannya masuk.

"Kata ummi kemarin disuruh fitting baju bang," jawabnya.

"Oh fitting baju, tunggu bentar ya biar gue panggilin anaknya." Ucap Azzam berlalu menuju Zahra yang menangis. .

"Dik, ada si Ray tuh. Temuin gih!" Perintah Azzam.

"Gak mau, Zahra abis nangis. Nanti malah diketawain lagi,"

"Ray, si Zahra gak mau kesitu. katanya malu abis nangis, takut lo ketawain." Adu Azzam dengan berteriak.

Tak lama setelah aduan itu, Rayhan datang menghampiri mereka yang berada di dapur.

"Emang abis ngapain, kok nangis?" Tanya Rayhan menatap keduanya.

"Jadi kan si Salwa ngidam, terus maunya yang buatin masakannya tuh Zahra. Nah sekalinya berhasil, pasti langsung gagal," jawab Azzam meraih mangkuk di hadapannya.

"Ray lo..."

"Gue manusia," potong Rayhan memutar bola matanya.

"Udah makan belum? Kalau belum biar gue ambilin bubur buatan Zahra." Lanjut Azzam.

Mendengar ucapan kakaknya, Zahra yang sedari tadi menunduk untuk menutupi matanya yang basah. Kini pun langsung mendongakkan kepalanya.

"Kak jangan, nanti gak enak gimana?" Cicitnya memandang ke arah Azzam.

"Udah, kakak yakin ini enak."

Azzam pun menuangkan beberapa sendok bubur ke atas mangkuk tersebut. Tak lupa dengan ayam kecap yang telah ia suwir dan meletakkannya terpisah. Lantas ia pun langsung memberikannya kepada Rayhan.

Rayhan menerima mangkuk itu tanpa banyak tanya. Sedikit demi sedikit ia memasukannya ke dalam mulut. Awalnya memang terasa aneh, karena ia kurang menyukai yang namanya bubur.  Tapi untuk menghormati, ia pun memakannya hingga tandas.

"Enak Ray?" Tanya Zahra menyipitkan matanya takut jawabannya diluar dugaan.

"Enak, tapi besok-besok garamnya dikit aja ya." Jawabnya membawa mangkuk itu ke wastafel.

Mendengar hal itu, Azzam langsung tertawa terpingkal-pingkal.

"Ih, kakak!" Rajuk Zahra memonyongkan bibirnya.

"Udah udah, kakak mau anterin ayam kecap ke kamar buat istri kakak tercinta." Ucap Azzam meninggalkan mereka berdua.

"Kalian yang akur, awas kalau berantem!" Seru Azzam menaiki tangga kamar.

Suasana jadi semakin canggung, bagaimana ini? Dan daripada mereka tetap berada di dapur, mending Zahra membawanya kembali ke ruang tamu.

"Mau minum apa?" Tawar Zahra yang masih berdiri.

"Air putih aja Ra," jawabnya.

Zahra pun kembali dengan nampan berisi air putih dan beberapa camilan baru. Ia segera menyajikannya dan menyuruh Rayhan untuk memakan camilan yang ada.

"Ra, kok belum siap-siap?" Tanya Rayhan melihat ke arah Zahra.

"Loh, emang mau kemana?" Sungguh Zahra ini lupa atau pikun sih, bisa-bisanya.

"Fitting baju," jawab Rayhan meletakkan gelas berisi air putih tadi.

"Oh iya lupa, berdua?" Lagi dan lagi Rayhan dibuat gemas oleh tingkah calon istrinya ini.

Azra's Love Story [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang