Revisi 6 Juli 21
Aku tidak perlu gula untuk teh ini.
Cukup kamu saja yang datang dan duduk di sampingku agar manis mu menular ke tawarnya teh ku._Azzahra & Rayhan_
Pagi ini merupakan bulan kedua pernikahan Zahra dan Rayhan, seolah masih seperti orang asing yang hidup di bawah atap yang sama. Saling tatap, lempar senyum, dan berbicara sebutuh nya adalah aktifitas sehari-hari yang di lakukan pasangan itu.
Jam menunjukkan pukul 04:30 WIB ketika Zahra bangun dan menemukan Rayhan tidur tak jauh dari tempatnya dengan memeluk guling. Dengan rambut yang di ikat seadanya Zahra berbalik untuk membangunkan suaminya.
"Mas bangun, udah setengah 5." Ucapnya sambil menggoyangkan lengan Rayhan.
"Hmm, iya ini bangun." Jawabnya lekas duduk untuk mengumpulkan nyawa yang belum benar-benar utuh.
Paginya setelah melaksanakan rutinitas pagi yaitu sholat, mandi, menata kamar tidur, dan menyiapkan baju untuk Rayhan ia langsung turun ke arah dapur untuk memasak beberapa menu dan tentunya membuat teh untuk suaminya.
"Yang, tehnya mas hari ini tawar aja ya." Teriak Rayhan dari kamar mereka.
"Iya mas suami," jawab Zahra seolah sudah terbiasa dengan teriakan itu.
Beberapa menit setelahnya, Rayhan turun dari kamar dengan menggunakan baju dan setelan jas yang di siapkan oleh Zahra sebelumnya. Ia pun langsung menuju meja makan dimana Zahra tengah memasak di depan kompor.
"Sayangnya mas... temenin mas minum teh dong," rengeknya ketika melihat sang istri tengah berbalik untuk menata makanan yang telah usai dimasak.
"Inikan udah ditemenin sama aku, bedanya mas duduk aku berdiri." Jawab Zahra sambil tersenyum tipis.
"Beda dong yang... Cepetan duduk sini," suruhnya menarik-narik ujung baju Zahra m
"Ih... Apa sih mas, iya-iya duduk."
"Kenapa mas hari ini minta teh tawar?" Tanya Zahra penasaran.
"Karena mas sekarang udah punya pemanis alami yang ndak bakal mas bagi-bagi sama semut," jawabnya yang malah mulai ngegombal.
"Emang ada mas? Apa? Kok aku ndak pernah liat." Tanya Zahra kembali dengan wajah kebingungan.
"Yang duduk di samping mas ini siapa?"
"Zahra lah, masa bibi'."
"Yang bikinin mas teh tadi siapa?"
"Zahra, suamiku sayang,"
"Ih, udah berani manggil sayang nih."
"Kan Zahra diajarin bucin sama mas suami," jawabnya menampilkan sederet gigi ratanya
Rayhan tersenyum dengan sesekali mencubit pipi gembil Zahra. Entah mengapa, akhir-akhir ini ia merasa begitu gemas dengan istrinya satu ini. Udah cantik, manis, rajin ibadah, apa coba yang kurang? Ya tetep ada, namanya juga manusia. Kesempurnaan hanya milik Sang Pencipta.
"Yang," panggilnya yang mendapati Zahra menopang dagu dengan tatapan yang begitu manis.
"Hmmmmmmmmm," jawabnya bergumam panjang menikmati aroma wangi sang suami.
"Kamu tahu engg--"
"Enggak!" Potong Zahra menahan tawanya.
"Belum selesai ih yang," rengeknya yang mendapat potongan dari Zahra.
"Becanda, terusin aja gih,"
"Kamu tahu gak apa yang ngebuat suamimu ini jatuh cinta padamu?"
"Apa emangnya?"
"Kekuranganmu,"
"Kenapa harus kekurangan, jika Zahra memiliki banyak kelebihan." Tanyanya memiringkan kepala ke arah Rayhan
"Karena dengan itu, mas bisa melengkapi kamu."
Zahra tersenyum, jujur ia merasa sangat beruntung saat ini. Selain itu ia bahagia bisa memiliki suami yang tidak menomorsatukan kesempurnaan.
"Yang jangan senyum," celetuk Rayhan yang seketika memudarkan senyuman itu.
"Loh gak boleh ya?"
"Boleh, cuman jangan kebanyakan."
"Beri istrimu ini suatu alasan!"
"Mas takut kalau nanti kamu malah direbut semut-semut hitam di hadapanmu itu,"
Halah, gombal teroos
"Gombal aja terus, atau jangan-jangan dulu pengen jadi tukang parkir?" Duga Zahra yang sebagian besar tengah bercanda.
"Iya pengen,"
"Tuh kan!"
"Pengen markirin perasaan mas di hatimu yang, mas udah gak sanggup."
"Yang,"
"Apa lagi? Astaghfirullah!"
"Orang mah di gombalin seneng yang, lah kamu malah ngambek." Ucapnya yang masih mencubit gemas pipi istrinya.
"Zahra gak ngambek, cuman takut overload aja."
"Kok bisa?"
"Karena terus mikirin suamiku ini,"
"Jadi mas beban ya?"
"Iya beban lah mas, orang tiap hari bikin aku senyum-senyum gak jelas. Gimana gak beban?!" Omelnya sambil mengetuk punggung tangan Rayhan.
Ya, seperti itulah mereka. Kadang bercanda, kadang serius, kadang ya seperti dua orang asing.
"Yang, bikin adik bayi yuk!" Ajaknya melepas jas kerjanya yang menyisakan sebuah kemeja merah maroon.
"Sepagi ini?"
"Iya, mas mah ikhlas buat mandi lagi."
"Gaskeun lah!" Jawab Zahra tertawa lalu berlari menuju kamar mereka.
Ih, napsuan. Ya ampun bisa-bisanya kepikiran kayak gitu, maapin yak. Kenyataannya hubungan mereka sehari-hari itu random. Satunya usil, satunya tukang gombal. Kadang satunya ngambekan, satunya kayak bocil. Pokok tuh mereka kaya saling melengkapi, apalagi soal mencairkan suasana, beuh jangan tanya deh.
-.-
Buah kesemek buah kedondong
Dipetiknya dirumah Vania
Eh ada yang lagi bengong
Jangan lupa senyum ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Azra's Love Story [Selesai]
Teen Fiction61 Bagian Dari 78 Semuanya berawal dari sebuah ketidaksengajaan. "Memang siapa yang ingin meminta saya?" Lagi-lagi Zahra kembali bertanya. "Kalau itu saya akankah kamu menerimanya?" Jawab Rayhan setelah sekian banyak MBULET dengan ucapannya. "Datan...