Revisi: 14 Juni 21
"Kamu tahu apa yang paling saya tunggu selain kedatangan kereta api? Yaitu jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan tapi tak kunjung kau jawab."
_Rayhan_
Seperti hari biasanya, ketika tugas rumahnya telah selesai Zahra selalu datang untuk mengurus toko roti miliknya.
"Assalamu'alaikum mbak Zahra." Ucap gadis tersebut ketika membuka pintu, dengan suara khasnya yang mungkin sudah dihafal oleh para pegawai toko milik Zahra
"Wa'alaikumsalam cantik, kok udah kesini aja. Sama siapa kamu?" Tanya Ara pada gadis itu
"Iya mbak, soalnya tadi pulang pagi. Kesini nya sama kakak," jawab gadis itu
Semenjak 2 tahun yang lalu, tepatnya ketika ia tengah duduk di kelas 1 SMA dan terjatuh dari sepedanya ketika pulang sekolah. Maka semenjak itupun kedekatan Ara dengan gadis itu dimulai, ketika Ara menolongnya dan membawanya ke dokter.
Iyap, namanya Rikha, gadis cantik berparas putih dengan rambut bergelombang. Gadis yang sama dengan yang Zahra temui di perpustakaan.
"Rikha mau kue apa sayang?" Tanya Zahra sambil mendekati kotak kue
"Riri mau cup cake aja mbak, heheh." Jawab Rikha sambil menunjukkan senyum Pepsodent miliknya.
"Nih cup cake buat kamu, dihabisin yaa." Ucap Zahra sambil memberikan paper bag yang berisi beberapa cup cake.
"Makasih mbak... oh iya abis ini kakak aku katanya mau kesini, sekalian nylesein tugas kerjanya gitu." Celetuk Rikha bersamaan dengan bunyi lonceng di atas pintu masuk berbunyi.
Seketika Zahra diam di tempat, panik tak berdaya karena yang dilihatnya sekarang ada laki-laki beberapa tahun lalu yang kini telah membuat Zahra tak bisa berpaling dari namanya ketika menghadap Tuhannya. Mungkinkah saat ini untaian do'a panjang yang ia panjatkan benar-benar terkabul? Ia pun tak tahu.
"Loh, kamu?" Ucap Rayhan bersamaan dengan Zahra
"Ciee kompakan." Seru Rikha disertai tawa usilnya
"Silahkan duduk, maaf tempatnya kecil dan hanya menyediakan kue saja. Jadi kalau mau minum adanya cuma air tawar saja." Ucap Zahra dibarengi duduknya mereka berdua
"Ciee barengan lagi." Seru Rikha kembali
"Ish, kamu. Awas ya mbak ndak mau kasih cup cake lagi kalau kayak gitu." Ucap Zahra sambil menjitak kepala Rikha.
"Berarti cup cake yang selalu kakak makan itu dikasih sama mbak Zahra, gitu ya Ri?" Tanya Rayhan penuh tanya.
"Hehe, iya kak." Jawabnya sambil nyengir.
"Udah gapapa, sebagai tanda terima kasih. Masih inget saya kan?" Tanya Zahra disertai senyum simpulnya.
"Masih, cewek yang gak sengaja kena cipratan genangan air, terus ketemu lagi di perpustakaan, terus barangnya tertukar waktu di kasir itu juga kan." Jawab Rayhan sambil mencomot cup cake di tangan Rikha.
"Ternyata ingatan kakak kamu tajem juga Ri," celetuk Zahra sambil berdiri mengambil minum untuk tamunya.
"Oh iya, kerja di mana sekarang?" Tanya Zahra sambil berbalik membawa dua cangkir air tawar
"Di perpustakaan tempat kamu cari buku waktu itu, sama di perusahaan penerbit." Jawabnya dengan sedikit berbohong, pasalnya ia adalah ketua pendiri perpustakaan dan tempat baca itu.
"Jadi Riri dilupain nih ceritanya." Celetuk Rikha sambil manyun ke arah mereka berdua.
"Eh iya lupa, Rikha si gembul masih ada di sini. Kamu kalau mau pulang duluan gapapa, kakak masih ada urusan." Ucap Rayhan sambil menepuk kepala Rikha (puk-puk-puk)
"Ih, kakak mah gitu. Yaudah Riri pulang duluan ya kak, mbak Zahra Riri pamit. Assalamu'alaikum" pamitnya sambil membuka pintu toko kue milik Zahra.
"Wa'alaikumsalam." Jawab seluruh penghuni toko
Setelah sosok Rikha pulang keadaan toko kembali sunyi, bahkan sangat sepi. Melihat kondisi itu, Rayhan pun memanggil Zahra untuk mengajaknya berbicara
"Zahra, bisakah kamu kesini sebentar?" Tanya Rayhan yang masih tetap dengan posisinya.
"B--bu--buat apa?" Tanyanya ragu, jujur ia tak sanggup menahan gejolak rasa itu. Andai ia hidup di dunia kartun, mungkin ia akan melepas sejenak jantung yang kini berdetak tak karuan.
"Ada yang perlu saya bicarakan. Kamu kenapa gugup kayak gitu?" Tanya Rayhan kembali
"T--ti--dak apa-apa kok, hehe." Jawabnya dengan berjalan menuju kursi dimana tadi ia duduk. "Kamu mau bicara apa?" Tanyanya yang kini sudah duduk di depan Rayhan.
"Sebelumnya saya hanya ingin ruang ini terisi oleh saya dan Zahra saja. Jadi saya minta waktunya sebentar ya." Pinta Rayhan sambil mengamati beberapa penjaga toko Zahra dan beralih ke pemiliknya yang kini tersenyum menandakan mengizinkan para penjaga untuk pergi sebentar.
"Apa yang ingin kamu bicarakan?" Tanya Zahra sambil menatap lurus jendela kaca di depannya.
"Saya minta maaf Zahra jika ini terlalu cepat." Ucap Rayhan sambil menetralkan detak jantungnya yang berpacu lebih cepat dari biasanya
Deg
Jantung Zahra seolah berhenti berdetak mendengar kata "terlalu cepat". Apa yang ingin dikatakan laki-laki yang 4 tahun lebih tua darinya ini?
"Kenapa minta maaf, emang kamu salah apa sama Zahra?" Tanya Zahra yang kini beralih menatap lawan bicaranya sambil menautkan kedua alisnya.
"Sebelumnya izinkan saya untuk bertanya terlebih dahulu." Pinta Rayhan sesaat setelah wajah penuh pertanyaan itu muncul di hadapannya
"Silahkan," jawab Zahra diakhiri seulas senyum
"Jika ada lelaki yang datang dan berniat baik padamu gimana?" Tanyanya mengawali topik pembicaraan
"Insya Allah akan saya terima dengan baik pula, tergantung niat orang tersebut juga,"
"Jika sosok itu datang untuk meminta mu?" Tanya Rayhan yang malah membuat udara menjadi sesak.
Deg
Jantung Zahra kembali berdetak kencang tatkala pertanyaan itu hadir. Apakah ini jawaban dari Allah atas lantunan do'a yang ia labuh kan di setiap sujud panjangnya?
"Meminta saya?" Tanya Zahra penasaran.
Hening
Entah kenapa pertanyaan itu kini malah membuat Rayhan bingung dan kehilangan akan kata-kata yang telah ia susun sedemikian rupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azra's Love Story [Selesai]
Teen Fiction61 Bagian Dari 78 Semuanya berawal dari sebuah ketidaksengajaan. "Memang siapa yang ingin meminta saya?" Lagi-lagi Zahra kembali bertanya. "Kalau itu saya akankah kamu menerimanya?" Jawab Rayhan setelah sekian banyak MBULET dengan ucapannya. "Datan...