Revisi: 6 Juli 21
H
ari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Sekarang di kamar Zahra tepatnya, Zahra tengah di hias oleh perias untuk akad juga resepsi pernikahannya. Dilihat dari tampilan kaca saja, ia sudah pangling sendiri.
Tubuh kecil yang biasa di rengkuh Aditya maupun Azzam itu, kini telah berbalut gamis cantik warna putih gading. Cantik. Hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya sendiri. Bahkan ia tak menyangka jika penantiannya selama ini telah terbayarkan.
Setelah sang perias keluar, Zahra menatap pantulannya sendiri di depan cermin kamarnya. Kamar yang setelah ini ditinggalkannya lebih tepatnya.
Tok
Tok
TokKetukan tersebut membuyarkan lamunan Zahra. Di sana di ambang pintu kamar telah berdiri laki-laki yang selama ini menjadi objek kejahilannya. Siapa lagi kalau bukan Azzam, kakak tercintanya. Azzam yang sudah mengenakan baju batik warna maroon dengan jas senada itu masuk kamar Zahra.
"Zahra," panggilnya ketika Zahra tak berhenti menatapnya.
"Iya," Jujur rasanya air mata itu ingin keluar dari tempatnya.
"Bolehkah kakak memeluk? Kakak rindu," tanya Azzam yang sudah berdiri tepat di hadapan adiknya.
"Dengan senang hati," jawab Zahra merentangkan kedua tangannya.
Entah mengapa momen itu begitu menyedihkan untuk Zahra. Kalau ditanya sudah siap? Ia menjawab sudah, tapi ia belum bisa melepas rengkuhan keluarga tersayangnya. Ummi, abi, apa kabar kalian jika setelah ini Zahra pergi untuk berpindah rumah?
"Zahra selalu jaga diri baik-baik ya, harus bisa jadi istri terbaik untuk Rayhan. Dan ingat Zahra gak boleh nangis lagi, setelah ini kewajiban kakak untuk menjagamu akan berpindah tangan. Kakak sudah tidak ada lagi hak untuk merengkuh, menenangkan, dan mengajak Zahra tertawa lepas di depan suami mu nanti." Nasihat Azzam yang seketika membuat air mata Zahra mengucur deras.
"Kakak doakan semoga pernikahan kalian senantiasa diberkahi Allah," sekali lagi air mata itu tidak bisa berhenti.
"Adik kecil kakak harus janji sama kakak. Harus kuat apapun rintangan yang hadir di tengah-tengah kalian," nasihat Azzam kembali sambil menghapus sisa-sisa air mata tersebut.
"Zahra janji, Zahra kan anak kuat!" ucapnya menunjukan jari kelingking pada Azzam.
Setelah itu Azzam keluar untuk membantu keluarga lainnya.
"Kak," panggilnya membuat Azzam berbalik.
"Terima kasih,"
"Dan maaf,"
"Untuk apa? Zahra tidak pernah melakukan kesalahan."
"Terima kasih atas segala sesuatu yang telah kakak berikan dan maaf karena Zahra belum bisa jadi adik yang baik hingga saat ini." Ungkapnya disertai air mata yang tiba-tiba turun.
"Sudah jangan menangis, kakak tahu adik kakak ini jelek. Tapi kalau nangis jadi tambah jelek," gurau Azzam menghapus sisa air mata Zahra.
"Tenanglah, setelah ini akan ada sosok laki-laki yang dengan lantangnya menjabat tangan abi. Jadi adik kecil kakak harus tenang pada tempatnya."
Zahra tersenyum, itulah yang saat ini bisa ia lakukan. Menguatkan hati agar tidak rapuh karena serpihan ingatannya tentang rumah ini. Tak lama setelah Azzam keluar, kini hadirlah tiga orang perempuan yang mengenakan gamis warna maroon senada.
"Loh Zahra kok nangis kenapa?" Tanya Salwa yang langsung duduk di samping Zahra.
"Zahra gapapa kok mbak,"
"Ra, lo gak boleh cengeng dong. Masa udah mau nyandang status istri mau nangis terus," ejek Hana dengan tawa khasnya.
"Eh iya Han, itu Kayla nya ada di kamar. Boleh sekalian diambilin gak?" Tanya Salwa yang masih setia menepuk-nepuk pundak Zahra.
"Biar Rani aja kak," tawar Rania berdiri dari duduknya.
-.-
Jujur, rasanya hari ini begitu menegangkan untuk Rayhan. Untuk pertama dan terakhir kalinya (semoga) ia akan menjabat tangan seorang laki-laki yang akan menyerahkan segala kewajibannya pada dirinya."Ray, udah siap belum?" Tanya mommy Zee bergerak menuju kamar Rayhan.
"Udah mom, sebentar lagi Ray turun." Jawabnya melangkah keluar kamar.
Jujur untuk saat ini hatinya berdetak lebih cepat daripada biasanya. Apalagi ketika mengingat bahwa sebentar lagi ia sudah menjadi kepala keluarga.
"Ayo berangkat, udah ditungguin papa sama bunda di mobil. Rikha, Aisyah, kalian di mobil belakang ya bareng keluarga inti." Ucap mommy mengingat bahwa mobilnya sudah penuh dengan beberapa mahar pernikahan.
-.-
Mobil keluarga Akbar sudah memasuki area rumah keluarga Aditya. Ya, pernikahan mereka dilaksanakan di rumah secara sederhana. Hal itu dilakukan supaya tidak terlalu memakan banyak biaya.Untuk akad nikah dilaksanakan di area dalam rumah dan untuk resepsi pernikahan dilakukan di aula pribadi rumah Aditya. Rumah yang telah dihias secantik itu membuat Rayhan merinding seketika. Bukan, bukan karena makhluk lainnya, tapi karena terpukau dengan hiasan pernikahannya dengan Zahra.
Nih bonus latar akad
KAMU SEDANG MEMBACA
Azra's Love Story [Selesai]
Teen Fiction61 Bagian Dari 78 Semuanya berawal dari sebuah ketidaksengajaan. "Memang siapa yang ingin meminta saya?" Lagi-lagi Zahra kembali bertanya. "Kalau itu saya akankah kamu menerimanya?" Jawab Rayhan setelah sekian banyak MBULET dengan ucapannya. "Datan...